Malang, 1 Nov ‘07
Sebuah surat...
Ditujukan Kepada Tuan Yang Terhormat
Sang Penguasa Maha Berkata
Atas nama Tuhanmu… Atas nama Ideologimu…
Kupersembahkan sebuah ‘rasa kagum’ yang mendalam untukmu…!
TENTANG TUHAN DAN PANCASILA
Apa kabar Tuan-ku?
Bagaimana keadaanmu hari ini, sehat wal afiat?
Sudah kenyangkah perutmu?
Sudah puaskah semua ambisimu?
Kalau iya, bolehkah sekarang aku bertanya padamu…
Benarkah engkau manusia yang ber-Tuhan?
Tapi kenapa melihat perilakumu aku jadi teringat pada setan
Benarkah engkau warga negara yang Pancasilais?
Tapi kenapa melihat sikapmu aku jadi teringat pada iblis
Kenapa kau menyiksa sesama anak bangsa wahai Tuan-ku
Seperti membantai anjing yang menyebar penyakit menular
"Ini untuk membela negara dan melindungi rakyat" teriakmu
Kenapa kau membunuh sesama manusia wahai Tuan-ku
Membabi buta seperti membabat rimbunan alang-alang
"Ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran" katamu
Kenapa kau membakar ribuan rumah saudaramu wahai Tuan-ku
Hingga lenyap tak bersisa rata dengan tanah
"Ini karena pemiliknya orang komunis yang atheis" seru mulutmu
Layaknya seorang Nabi…
Kau merampas kebebasan atasnama Tuhan
Kau merajalela atasnama bendera Pancasila
Kau main hakim sendiri atasnama panji-panji demokrasi
Kenapa? Ada apa denganmu Tuan-ku?
Sejak kapan kau menjadi tirani
Terhadap saudara-saudaramu sendiri?
Sejak kapan kau menjadi penguasa
Dengan menggunakan hukum rimba?
Sejak kapan kau menjadi manusia
Yang tidak sadar akan kodratnya?
Kau pun saudaraku
Seperti juga aku adalah saudaramu
Hanya kemudian kau lupa
Kau kemudian lupa diri dan mabok
Karena nuranimu telah dirampok
Oleh dasimu, pangkatmu dan jabatanmu
Kita sebenarnya sama-sama korban
Untuk dijadikan tumbal atasnama kekuasaan
Kita sebenarnya sama-sama rakyat
Tapi kau…
Dengan ujung bedilmu kau menindasku
Dengan kepalan tanganmu kau merenggut kebebasanku
Dengan ujung jarimu kau pasung hak hidupku
Ternyata aku baru mengerti…
Inilah sebenarnya makna Tuhan dan Pancasila
Yang kau ajarkan padaku lewat pidatomu setiap hari
Tapi Tuan-ku...
Apalah gunanya semua omong kosongmu itu
Kalau ternyata hanyalah sebuah keyakinan PALSU !
Haruskah selamanya aku menurutimu?
Tapi sampai kapan Tuan-ku?
Sampai kau puas?
Atau sampai kau sadar dan bertobat?
Tidak! Tak mungkin aku bisa menunggu Tuan-ku
Karena kesabaranku sudah luntur melihat tingkah lakumu
Sekian dulu dariku…
Maaf kalau aku terlalu banyak tanya padamu
Maaf kalau ada sedikit kata-kataku yang menyinggungmu
Terima kasih atas perhatianmu Tuan-ku
Kudoakan semoga semua ‘kebaikanmu’ mendapat imbalan yang sepantasnya
Sampai ketemu di barikade !
Salam hormat untuk Sang Penguasa,
Erwind Terrorezim
No comments:
Post a Comment