7/27/2008

Atheis

Cerpen M. Dawam Rahardjo
Dimuat di Media Indonesia 09/02/2007

KAKAK kami Suparman kini tinggal di Jakarta menjelang masa pensiun. Tapi ia tidak terikat. Karena ia mengelola sebuah perusahaan konsultan sendiri, dengan karyawan sekitar 50 orang. Ia adalah seorang arsitek lulusan ITB. Setelah lulus, ia melamar sebagai arsitek di sebuah perusahaan. Setelah mendapatkan pengalaman, ia mendirikan perusahaan sendiri bersama beberapa orang kawannya. Usahanya ini boleh dikatakan maju, berkat kegiatan pembangunan di Ibu Kota.

Kakak kami itu ialah saudara tertua dalam keluarga kami yang tinggal di sebuah desa bernama Jatiwarno di Wonogiri. Sekitar 30 kilometer dari Kota Solo. Daerah tempat tinggal kami itu dikenal kering. Dulu sering kali menjadi berita di koran karena kelaparan. Di zaman kolonial pernah terjadi busung lapar. Kini Wonogiri tidak lagi kering seperti dulu karena di situ dibangun waduk Gajah Mungkur. Sekarang sudah ada ladang-ladang ubi kayu dan jagung selain sawah padi. Waduk ini juga menjadi pusat pariwisata yang dikunjungi terutama oleh orang-orang Solo. Keluarga kami, keluarga Parto Sentono lebih populer dipanggil Kiai Parto adalah sebuah keluarga yang religius. Ayah kami itu adalah seorang petani yang juga berperan sebagai ulama lokal karena ia adalah santri lulusan Mamba'ul Ulum dan tinggal di pesantren Jamsaren. Jadi ia pernah berguru kepada KH Abu Amar, Ulama Solo yang masyhur itu. Itulah sebabnya Kiai Parto mengirim kami, anak-anaknya, ke pesantren sebagai lembaga pendidikan.

Mas Parman sebagai anak tertua dikirim ke Gontor Ponorogo yang jaraknya tidak jauh dari desa kami. Kakak saya yang kedua Muhammad Ikhsan dipondokkan ke Pesantren Pabelan di bawah pimpinan Kiai Haji Hamam Ja'far. Saya sendiri sebagai anak ketiga cukup bersekolah di Madrasah Al-Islam, Honggowongso, Solo. Jadi saya punya dua orang adik. Yang pertama, dikirim ke Tebu Ireng, sedangkan adik saya yang paling bontot disuruh belajar ke madrasah Mu'alimat Muhammadiyah, Yogyakarta.

Walaupun semuanya berlatar belakang pendidikan pesantren, kami semua mempunyai profesi yang berbeda-beda, misalnya Mas Parman menjadi seorang arsitek, sedangkan saya sendiri menjadi petani jagung dan ubi kayu meneruskan pekerjaan bapak. Karena itulah, saya adalah anak yang paling dekat dengan keluarga dan menyelenggarakan pertemuan halalbihalal setiap tahun dengan keluarga.

Bapak merasa sangat bangga anaknya bisa masuk ke pondok modern Gontor. Mas Parman sendiri juga merasa mantap berguru dengan Kiai Zarkasi dan Kiai Sahal. Di masa sekolah dasar, kami semua dididik langsung oleh bapak kami. Mas Parman ternyata berhasil menjadi seorang santri yang cerdas. Bapak sangat berharap kelak Mas Parman menjadi seorang ulama modern. Bapak memang tidak mengikuti perkembangan anaknya itu sehingga ia merasa terkejut ketika pada suatu hari ia berkunjung ke Gontor, anaknya itu ternyata sudah tidak lagi bersekolah di situ. Namun sebentar kemudian, ia mendengar di mana anaknya berada. Ternyata Mas Parman yang pandai matematika itu ikut ujian SMP negeri dan lulus dengan nilai yang sangat baik. Ia kemudian melamar untuk bersekolah di Solo dan diterima di SMA 2 atau SMA B yang terletak di Banjar Sari. Sekolahnya itu berdekatan dengan SMA 1 jurusan sastra budaya. Sehingga ia banyak bergaul dengan pelajar-pelajar sastra. Walaupun belajar ilmu eksakta, Mas Parman ternyata punya bakat seni. Ia bisa melukis dan membuat puisi. Ia ikut di klub sastra remaja yaitu sastra remaja Harian Nasional di Yogya. Bapak tidak bertanya banyak kepada anak sulungnya itu. Walaupun ia merasa sangat kecewa dan agak marah karena Mas Parman telah mengambil keputusan besar tanpa berkonsultasi dengan Bapak dulu. Saya mewakili keluarga menanyakan perihal keputusannya itu kepada Mas Parman. "Mas, kenapa tidak minta izin bapak dulu ketika Mas keluar dari Gontor?," tanyaku pada suatu hari.

"Kalau aku bilang dulu pada bapak, pasti tidak dikasih izin," jawabnya.

"Kenapa pula Mas berani mengambil keputusan besar itu?" tanyaku lagi. "Aku ternyata tidak betah tinggal di pondok. Aku merasa pesantren ini adalah sebuah masyarakat buatan. Kami hidup menyendiri, dilarang bergaul dengan penduduk desa. Kami di pondok menganggap diri sebagai keluarga ndoro," jawabnya lagi.

"Itu kan karena kepentingan para santri sendiri supaya tidak terkontaminasi oleh pengaruh luar," jelas saya.

"Tapi hidup kan menjadi artifisial, santri hanya diajar sesuatu yang baik tapi tidak mengetahui dunia nyata yang tidak terlalu bersih. Malah banyak kotornya."

"Kalau hanya itu alasannya, mengapa Mas tetap mengambil keputusan?" tanya saya.

"Terus terang saja, aku sendiri jenuh dan bosan hidup di pondok. Aku memahami jika sebagian santri melakukan homo bahkan mencuri-curi bergaul dengan perempuan di luar pondok."

"Nah, itulah akibatnya kalau para santri tidak disiplin."

"Pokoknya aku bosan, yang lebih mendasar lagi aku tidak bisa menerima pelajaran-pelajaran agama. Kupikir pendidikan semacam itu tidak berguna, karena tidak membekali santri untuk bisa hidup dalam realitas yang sering keras itu di luar dunia pesantren. Jadi apa gunanya aku bersusah payah mencapai kelulusan. Itulah maka aku mengambil keputusan untuk pindah sekolah."

"Mas Ikhsan ternyata senang nyantri di Pabelan," ujar saya.

"O... Pabelan itu beda dengan Gontor, Kiainya juga alumni Gontor, tapi ia bisa berbeda dengan Gontor. Santri Pabelan bebas bergaul bahkan diharuskan. Kiai Hamam bisa menerima saran dari LP3ES untuk menyelenggarakan program lingkungan hidup. Pesantren bahkan menyediakan air bersih yang diolah dari kali Pabelan untuk penduduk desa. Kiai Hamam juga membuat pemandian umum desa. Sehingga santri-santrinya bisa bergaul dengan penduduk desa setiap pagi sore sambil mandi bersama."

Mas Parman kemudian melanjutkan perubahan di dalam hidupnya. "Har, aku ingin memberitahukan padamu, perubahan pola hidupku di Solo. Aku sekarang sudah tidak menjalankan salat, juga puasa Ramadan," katanya jujur.

"Mas, apakah ini tidak terlalu jauh? Ibu bapak pasti akan marah besar sama Mas," jawab saya.

"Ya jangan dilaporkan ke ibu bapak, tapi ceritakan saja apa adanya kepada Mas Ikhsan, barangkali ia bisa menerima dengan kepala dingin." Saya kemudian berpisah dengan Mas Parman dan melaksanakan wasiatnya. Tidak henti-hentinya saya berpikir dan merenung, sehingga memberatkan pikiran saya. Sebagai adik kandung, saya menyayangkan keputusan dan langkah radikal Mas Parman. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa sehingga hanya bisa menerima dengan sedih yang menjadi unek-unek terus-menerus. Sebab, saya pun juga ingin jawaban terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan keputusan kakak saya itu. Saya khawatir sikapnya itu akan memengaruhi kakak dan adikku yang lainnya sehingga unek-unek itu saya sampaikan kepada Mas Ikhsan. Ia juga tampak terkejut tapi hanya terdiam saja tanpa reaksi. Karena itu aku minta kepada Mas Ikhsan untuk bertemu sendiri dengan Mas Parman.

Akhirnya, pada suatu hari, Mas Ikhsan menyempatkan diri untuk bertemu langsung dengan Mas Parman di Solo. Ia tinggal di daerah Manahan. Berikut ini adalah laporan Mas Ikhsan kepadaku dari hasil pertemuannya dengan Mas Parman. "Aku diajak Mas Parman pada suatu malam di suatu warung hik yang masyhur dengan jualan wedang ronde dan makanan tradisional Surakarta. Mas Parman memang romantis. Dia tidak ragu mengajakku menikmati suasana Solo di waktu malam yang dirasakan rakyat jelata. Terkesan olehku bahwa ia memang merakyat hidupnya. Karena setiap kali kami berbincang-bincang, selalu saja ada orang yang menyapa. Ada juga para pengemis dan gelandangan. Di warung hik itulah aku mencoba secara tenang menanyakan banyak hal kepada Mas Parman.

"Mas, aku sudah mendengar semua cerita mengenai dirimu dari adik kita, Haryono, terus terang saja aku terkejut. Timbul seribu satu pertanyaan dalam pikiranku, aku masih seorang santri yang baik dan terus bercita-cita menjadi ulama pemikir modern. Sebagai adik, aku tidak bisa memahami sikapmu. Bahkan aku tidak percaya dengan cerita Haryono, aku juga sudah tanya kepada Haryono bagaimana pandangannya. Tapi ia tidak banyak memberi penjelasan sehingga aku harus langsung bertemu denganmu. Mohon jangan tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan dan komentarku. Aku bahkan ingin belajar kepada Mas, yang memiliki sebuah pengalaman dramatis."

"O... boleh saja, jadi aku sekarang sudah tidak menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim."

"Kalau begitu, Mas telah murtad?" tanyaku.

"Ya, sebelum hukuman murtad dijatuhkan kepadaku, aku lebih baik keluar saja dulu dari Islam. Sekarang siapa pun juga tidak berhak menghakimiku."

"O... begitu, aku pun tidak akan menghakimimu. Cuma aku ingin bertanya apakah Mas telah meninggalkan seluruh akidah Islam?" tanyaku ingin tahu.

"Ya, aku sekarang seorang atheis, aku sudah tidak percaya kepada Tuhan."

"Lalu status Mas sekarang sebagai apa?" tanyaku.

"Aku sudah menjadi humanis. Aku bercita-cita ingin menjadi pemikir bebas."

"Untuk menjadi orang seperti itu kan tidak perlu meninggalkan akidah. Islam memberi kebebasan."

"Ya aku tahu, aku hanya ingin mengatakan bahwa selama di Gontor aku tidak pernah memperoleh penjelasan yang memuaskan mengenai Tuhan. Dan mengapa orang harus percaya kepada Tuhan. Aku ingin bebas dari belenggu akal dan aku harus bisa mendasarkan perilakuku berdasarkan rasionalitas. Tidak dibelenggu iman dan syariat. Sekarang ini aku merasakan diriku menjadi orang bebas, tanpa belenggu. Ketika menjadi orang Islam aku merasa terjatuh ke dalam belenggu. Sekarang ini aku merasa mengalami pencerahan."

"Mas kan tahu bahwa Islam itu mengajarkan perbuatan baik berdasarkan iman. Jadi manusia memerlukan Tuhan untuk bisa berbuat baik."

"Inilah yang saya tidak setujui dalam Islam. Seperti kamu tahu sendiri, perbuatan baik itu tidak diakui Tuhan jika tidak didasarkan kepada iman. Mengapa harus begitu. Buddha Gautama mengajarkan perbuatan-perbuatan baik tanpa mensyaratkan iman kepada-Nya. Demikian pula Konghucu. Aku suka dengan dua agama yang kita sebut sebagai agama bumi itu. Aku ingin menjadi orang baik tanpa iman. Kalau mendengar keteranganmu itu terkesan olehku bahwa Tuhan itu adalah ciptaan manusia sendiri, bukannya sebaliknya."

"Astaghfirullahal'adzim."

"Dalam kenyataannya, agama itu hanyalah candu yang membius dan membuat lupa terhadap kesengsaraan dan penindasan yang menimpa mereka."

"Berlindung aku dari bisikan semacam itu."

"Sorry ya, jangan anggap aku sesat. Semuanya itu sudah kupikirkan dan kurenungkan dalam-dalam. Pokoknya aku ingin bebas menjadi humanis."

"Tapi aku yakin bahwa Islam akan membawaku ke sana, tapi sampean punya pendapat yang lain dan aku ingin belajar darimu sebagai seorang kakak tertua."

"Kamu tidak perlu jawaban verbal dariku. Lihat saja perbuatanku. Bukankah agamamu mengajarkan bahwa Tuhan itu akan bisa ditemui dengan perbuatan baik di dunia ini."

"Kalau gitu, Mas masih percaya kepada Tuhan."

"Tidak! Aku tidak bisa percaya pada adanya Tuhan. Aku hanya ingin berbuat baik kepada sesama manusia berdasarkan alasan-alasan yang rasional saja."

"Wah, menurutku manusia yang percaya kepada Tuhan itu tentu akan terdorong untuk berbuat baik, karena itu apa salahnya kita percaya akan adanya Tuhan."

"Ya terserah. Cuma saya tidak mau percaya kepada Tuhan yang diciptakan manusia. Tuhan begini, sama saja dengan dewa-dewa Hindu maupun Yunani."

Begitulah Mas Ikhsan menceritakan kembali dialognya. "Lalu bagaimana tanggapan dan sikapmu?"

"Lakumdinukum waliyadin, biar dia percaya apa yang ia percayai dan kita percaya apa yang kita percayai."

"Lalu bagaimana pandanganmu mengenai kakak kita itu?"

"Aku tidak menganggap dia orang sesat. Ia hanya memilih suatu jalan hidup. Dalam hatiku, aku percaya bahwa Mas Suparman itu sebetulnya percaya kepada Tuhan. Cuma dia tidak mau merumuskan apa Tuhan itu. Bukankah agama kita mengajarkan bahwa apa pun yang kita pikirkan mengenai Tuhan, itu bukan Tuhan. Jadi Tuhan itu diimani saja, tidak perlu dirasionalkan. Walaupun teori-teori mengenai Tuhan boleh saja dikemukakan. Biar dia tidak percaya kepada Tuhan, asalkan ia berbuat baik dan melaksanakan ajaran Islam menurut ukuran-ukuran kita. Tidak perlu kita mensyaratkan iman kepadanya."

Mas Suparman yang kini sudah menjelang masa pensiun itu sekitar enam puluh lima tahunan nampaknya, paling tidak menurut kesan saya, telah mencapai apa yang ia cita-citakan berdasarkan kebebasan yang ia yakini. Saya berpendapat bahwa pada dasarnya, kakak kami itu masih seorang muslim yang baik. Hidupnya sesuai dengan sepuluh wasiat Tuhan yang didendangkan Iin dan Jaka Bimbo.

Pertama aku masih percaya bahwa ia masih punya iman dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Seperti kata Jalaludin Rumi dan Al Halaj, ia pada akhirnya akan memperoleh pengertian Tuhan yang sebetulnya melekat pada dirinya sendiri jika ia masih tetap bisa menjalankan hidup yang benar berarti Allah masih membimbingnya. Cuma, dia tidak tahu dan tidak mengaku. Malah saya berpendapat bahwa sikap Mas Parman itulah yang mencerminkan Tauhid yang semurni-murninya. Wallahu'alam. Kedua, ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ia tidak pernah mau menyakiti kedua orang tuanya. Harus kami akui bahwa di antara kami, Mas Parmanlah yang paling banyak membantu orang tua kami. Ketiga, ia bisa menjaga harta anak-anak yatim, yaitu adik-adiknya, ia tidak mau mengambil bagian warisannya. Ia serahkan semuanya kepada kita. Mas Parman juga membuat yayasan yang menampung anak-anak yatim. Tutur katanya tidak pernah menyakiti orang lain, ia selalu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan tercela.

(Silahkan Anda interpretasikan sendiri kisah cerpen diatas...)

7/19/2008

Kita Adalah Korban...!

Kita adalah korban dari sistem yang membodohi hidup kita...
Kita adalah korban simbol kemapanan yang menggerogoti nurani kita...
Kita adalah korban neoliberalisme yang mengidap kegilaan fatal dan apatis akut...

Kita terlalu sibuk dengan dunia kerja yang pada dasarnya sebagian besar alasan kita untuk bekerja karena tidak ada pilihan lain selain itu, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sampai kita meninggal dunia (yang mana kebutuhan hidup kita pun telah terkomodifikasikan sedemikian rupa)...
Kita pun acuh pada hal-hal yang telah terjadi di luar kehidupan kita...
Pada hal-hal yang dirasakan saudara-saudara kita...
Kita lupa pada penindasan, ketidakadilan, pembodohan dan ke-tidakmanusiawi-an...
Kita diam karena kita tidak memiliki waktu untuk memeriksa kehidupan kita selain hanya untuk bekerja...

Pelajar/mahasiswa diarahkan sedemikian rupa untuk terus sibuk memikirkan pelajarannya agar dapat segera lulus dan bekerja...
Ibu rumah tangga selalu sibuk untuk melayani keperluan anggota rumah tangganya agar suami dapat bekerja dengan lebih baik...
Dan sang anak pun dapat belajar dengan baik untuk dapat meraih cita-citanya, yakni bekerja dengan penghasilan tinggi...
Para pekerja dikepung sana-sini oleh berbagai benda-benda yang harus dikonsumsi agar dapat menjalani hidup bahagia...

Pada akhirnya, kita pun lupa bahwa di bawah rezim tirani neoliberal ini semua orang yang tidak memiliki kapital adalah korban...
Entah, satu detik, satu menit atau satu jam kemudian, satu hari atau minggu berikutnya, atau bulan atau tahun berikutnya...
Entah, kita bisa saja kehilangan hidup dan mimpi indah kita karena tergerus oleh logika akumulasi kapital...

Jika tetap tidak sadar...
Tunggulah saatnya, selamanya kita akan terus menjadi korban...
(Malang, 16 Juli '08)

7/01/2008

Filosofi Dibalik Simbol Anarkis

SIMBOL A DALAM LINGKARAN


Simbol A-dalam lingkaran sampai saat ini sudah bisa dipastikan dijadikan sebagai simbol anarki. Ini adalah sebuah monogram yang terdiri dari sebuah huruf kapital "A" yang dikelilingi oleh huruf kapital "O". Huruf "A" diambil dari huruf awal dari "anarki" atau "anarkisme" dalam banyak bahasa-bahasa Eropa demikian juga kesamaan tulisan baik Latin maupun Cyrillic. Huruf "O" berarti Order. Bila digabungkan menjadi "Anarchy is Order" yang merupakan kutipan perkataan Proudhon (Demanding the Impossible hal. 55).

Tercatat, penggunaan pertama kali simbol A dalam lingkaran oleh anarkis adalah oleh Dewan Federal Spanyol International Workingmen’s Association. Lambang ini dibuat oleh freemason, Giuseppe Fanelli pada tahun 1868. Kemudian simbol ini digunakan pada saat terjadinya Perang Saudara Spanyol, (1936-1939). Terdapat gambar foto salah seorang anggota milisi anarkis dengan simbol A-dalam lingkaran dicat dengan jelas dibelakang helmnya. Simbol tersebut juga diadopsi oleh sebuah organisasi bernama Alliance Ouvrière Anarchiste (AOA) pada saat berdirinya organisasi ini pada tanggal 25 November 1956 di Brussels, dan telah dimunculkan secara independen kembali pada tahun 1964 oleh grup Anarkis Perancis, Jeunesse Libertaire (Libertarian Youth).

Hampir kebanyakan orang kini mengenal pergerakan Anarki dengan simbol ini. Kata Anarki atau Anarkisme di hampir seluruh bahasa dimulai dengan huruf "A", hal ini membuat simbol itu dapat diterima disemua negara. Lingkaran tersebut melambangkan persatuan. Dalam hal disatukannya lingkaran dengan huruf "A", lingkaran tersebut melambangkan kekuatan. Banyak grup-grup Anarkis, walaupun mereka terpisah secara geografis dan berbeda pandangan pada Anarkisme, saling membantu dengan hasrat solidaritasnya yang tinggi.

Huruf "A" juga mempunyai makna simbolis sama dengan bahasa Italia: autogestione (arti harfiahnya kontrol-diri), yang juga dapat diartikan sebagai kekuatan diri. Pergerakan ini mengambil dari pergerakan radikal para pekerja pabrik yang mengambil alih pabriknya, dan menjalankan pabrik itu secara demokratis, tanpa bos. Pergerakan Anarki juga sering dihubungkan dengan persatuan dari para pekerja buruh.

Simbol ini juga dapat ditulis dengan kodepoin Unicode U+24B6.

Tentu saja, simbol A-dalam lingkaran ini juga digunakan sejak lama oleh gerakan anarko-punk, yang merupakan bagian dari gerakan punk-rock pada akhir tahun 1970-an, gerakan punk menggunakan simbol anarki A-dalam lingkaran lebih meluas, bahkan oleh kelompok punk non-anarkis.

BENDERA HITAM


Warna hitam sering dihubungkan dengan pergerakan anarkis semenjak tahun 1880-an. Banyak kelompok-kelompok anarkis yang menggunakan kata "hitam" pada nama pergerakannya. Juga ada beberapa periodik dari pergerakan anarkis yang menggunakan istilah Bendera Hitam.

Keseragaman warna hitam dari bendera tersebut ialah sebagai bentuk dari implementasi pergerakan anarkis untuk menerobos semua batasan. Terutama, warna tersebut merepresentasikan pergerakan internasionalisme yang tidak mengindahkan dari batasan negara – bendera hitam juga melambangkan dari anti bendera (bendera yang berwarna biasanya dijadikan simbol dari sebuah negara). Dan bendera putih merupakan tanda yang diakui secara internasional untuk menyerah dari penguasa — bendera hitam tersebut juga bisa dinilai sebagai simbol pantang menyerah. Pandangan lain dari penggunaan bendera hitam adalah melambangkan peringatan bagi para pejuang anarkis yang kurang mujur dalam perjuangannya. Bendera hitam diambil dari gambar bendera bajak laut Jolly Rogers.

Sejarah Bendera Hitam
Banyak teori-teori anarki diambil dan dimodifikasi dari berbagai versi pergerakan sosialis, dengan simbol bendera yang berwarna merah. Ketika anarkisme mulai memisahkan diri dari pergerakan sosialis sekitar tahun 1880-an, anarkisme lalu mengambil lambang bendera hitam sebagai simbol dari perbedaan pandangan dari jalur pergerakan sosialisme. Bagaimanapun juga hal ini patut diperhatikan, bahwa anarkisme bukan sebuah cabang dari teori sosialisme. Anarkisme bukanlah sebuah pergerakan yang merujuk pada satu sumber ideologi.

Merujuk pada pergerakan awal anarkisme, bukti nyata dari penggunaan warna hitam pada pergerakan anarkisme dimulai pada tahun 1880-an, sebagai tanda duka untuk Komune Paris. Koran anarkis Perancis, Le Drapeau Noir (The Black Flag), yang bertahan sampai tahun 1882, merupakan salah satu acuan dari penggunaan warna hitam sebagi warna anarkis. Black International adalah sebuah nama dari kelompok anarkis di London yang dibentuk pada bulan Juli tahun 1881.

Pada revolusi Rusia di tahun 1917, pejuang anarkis Nestor Makhno juga dikenal sebagai The Black Army. Mereka berjuang dengan membawa bendera hitam dan mencapai beberapa hasil yang krusial di Rusia sampai mereka dikalahkan oleh Tentara Merah Rusia. Kelompok revolusioner Meksiko, Emiliano Zapata, pada sekitar tahun 1910-an, juga menggunakan bendera hitam dengan gambar tengkorak yang disatukan dengan gambar Bunda Maria didalamnya. Slogan dari bendera tersebut adalah "Tierra y Libertad" (Land and Liberty). Pada tahun 1925, Pergerakan anarkis di Jepang membentuk kelompok yang dinamakan Black Youth League, yang mempunyai cabang di daerah koloni Jepang, Taiwan. Pada tahun 1945, kelompok tersebut memberi judul jurnal mereka Kurohata (Black Flag).

Seterusnya, para pelajar di Paris membawa bendera hitam (ditambah warna merah) selama aksi mereka General Strike di bulan Mei 1968. Pada tahun yang sama, bendera ini juga terlihat dipergunakan oleh American Students for a Democratic Society pada konvensi nasional mereka. Juga diwaktu yang sama, sebuah jurnal dari Inggris, Black Flag mulai diterbitkan, dan masih bertahan sampai sekarang. Bendera hitam juga digunakan oleh para pejuang Hizbuttahrir dengan membubuhkan kaligrafi panji Islam diatasnya, mereka memperjuangkan tak ada penguasa dimuka bumi ini selain Allah. Bendera hitam tetap menjadi salah satu simbol dari pergerakan anti penguasa dan pemerintahan sebelah pihak, sampai saat ini.

SIMBOL-SIMBOL ANARKIS LAINNYA

Simbol A-dalam lingkaran dan bendera hitam, keduanya adalah simbol-simbol utama yang kebanyakan dipergunakan oleh anarkis dalam gerakannya. Namun, dalam sejarah banyak pula kelompok-kelompok anarkis yang menggunakan simbol-simbolnya sendiri.

Bendera Merah dan Hitam
Bendera merah dan hitam adalah simbol yang dipergunakan oleh gerakan Anarko-Sindikalisme dan Anarko-Komunisme. Anarko-Sindikalisme yang mana merupakan bagian dari gerakan serikat buruh, melukiskan prinsip-prinsipnya yang diambil dari Anarkisme dan lebih condong kepada sosialisme dibanding kebanyakan gerakan anarkis anti-kapitalisme lainnya. Warna hitam adalah warna tradisional anarkisme, dan merah adalah warna tradisional dari sosialisme.
Bendera merah dan hitam mengkombinasikan 2 warna dalam porsi yang seimbang, dengan pemisahan diagonal yang sederhana. Secara tipikal, bagian merah terletak di sisi kiri-atas, dengan warna hitam terletak di sisi kanan-bawah bendera. Hal ini menyimbolkan eksistensi dari ide-ide anarkis dan sosialis dalam gerakan anarko-sindikalisme.

Tercatat, salah satu kelompok anarko-sindikalis adalah Confederación Nacional del Trabajo (CNT) di Spanyol, yang masih eksis sampai hari ini. CNT, sepanjang dengan Federación Anarquista Ibérica (FAI), sebuah faksi militan yang utama didalam CNT, merupakan pemain utama dalam gerakan anarkisme yang populer di spanyol sepanjang abad ke 19 sampai abad ke 20.

Kelompok ini memiliki versi bendera merah-dan-hitam sendiri yang terdapat inisial pada benderanya. inisial CNT berada diwarna merah, sementara FAI berada diwarna hitam - warna yang merepresentasikan anarki - sebagaimana FAI yang didirikan pada tahun 1927 untuk menjaga CNT agar tetap berada dalam prinsip-prinsip anarkis.

Kucing Hitam
Gambar kucing hitam juga disebut kucing liar (wild cat) biasanya digambarkan dengan buntut yang mengangkat menyerupai panah dan cakar juga gigi yang mengancam, gambar ini juga dapat diartikan sebagai pergerakan anarkisme, khususnya anarko-sindikalis. Simbol ini pertama digambar oleh Ralph Chaplin, yang merupakan pendiri dari kelompok IWW. Digambar untuk memperlihatkan pergerakan mogok kerja mereka dengan cara yang radikal seperti kucing liar. The Industrial Workers of the World (IWW atau bisa disebut Wobblies) merupakan salah satu kelompok sindikat anarcho pekerja, mereka terlibat pada penyatuan awal serikat pekerja seluruh Amerika di awal tahun 1990-an dan juga terlibat pada berbagai kegiatan seperti penolakan dari hadirnya Starbucks coffee shop di New York City. Mereka menggunakan gambar kucing hitam tersebut sebagai lambang dari pergerakan para kelas pekerja.

Sebagai sebuah simbol, kucing hitam mempunyai sejarah yang menghubungkan dengan kegiatan penyhiran, satanis, dan kematian. Hal ini dilihat dari budaya kuno Hebrew dan Babylonia. Penggunaan simbol tersebut pada kegiatan penyihiran tetap digunakan sampai sekarang; anarkisme mengambil simbol tersebut dari esensi kegiatan sihir dan Wicca, walaupun kedua kegiatan tersebut tidak bisa direpresentasikan oleh lambang kucing hitam dengan buntut yang menunjuk keatas membentuk panah.

Mungkin terjadi ketidaksengajaan, dalam salah satu agama penyihiran, Stregheria, juga merupakan sebuah agama sihir anarkis (yang mana memposisikan pemerintah/kapitalis dan gereja Kristen sebagai organisasi penindas yang dikutuk). Kucing hitam mempunyai makna khusus untuk agama Streghe, mereka percaya dewi mereka, Diana, mengambil bentuk kucing hitam untuk menguasai kota Aradia dari Lucifer dalam mimpi Lucifer.

Asal-usul simbol asli kucing hitam masih belum jelas, namun menurut salah satu cerita gambar tersebut diambil dari sebuah kisah pada saat aksi pemogokan yang diorganisir oleh IWW mengalami kemalangan. Banyak anggota organisasi yang terkena pukulan polisi dan dibawa ke rumah sakit. Pada saat itu ada seekor kucing hitam yang kurus berjalan kedalam camp pemogok. Kemudian kucing tersebut terpaksa dimakan oleh para pemogok yang saat itu sedang kelaparan dan berkat kucing itu kesehatan mereka menjadi pulih kembali. Akhirnya aksi mogok pekerja tersebut berhasil mencapai tuntutannya dan akhirnya mereka mengadopsi kucing tersebut sebagai maskot.

Nama Kucing Hitam juga telah dipakai oleh beberapa kelompok kolektif anarkis, termasuk acara musik yang cukup dikenal di Austin, Texas (yang telah diberhentikan menyusul adanya kerusuhan di acara itu pada 6 Juli 2002) dan sekarang berubah fungsi menjadi "dapur kolektif" di sebuah distrik universitas kota Seattle, Washington.

Palang Hitam
Kelompok-kelompok anarkis palang hitam khususnya bertujuan untuk memperjuangkan pembebasan semua tahanan. Awal dibentuk di Tsarist, Rusia sebagai organisasi pendukung para tahanan politik disana. Simbol organisasi tersebut adalah palang hitam, sudut atas palang itu diganti dengan gambar ‘kepalan tinju’, ‘jari-jari yang tertutup rapat’, atau ‘kepalan yang mengangkat keatas’, simbol tersebut juga bisa dihubungkan dengan pergerakan anarkis, penolakan akan penguasa, dan kekuatan personal (black power, youth power, women’s liberation, American Indian Movement, International Socialist Organization, ‘power to the people’, dan lain-lain…). Kepalan tersebut juga merepresentasikan persatuan, dengan "jari-jari yang lemah dapat menjadi kuat dengan dikepalkannya tangan".

Simbol palang hitam tersebut diambil dari simbol palang merah yang digunakan oleh Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (yang didirikan pada tahun 1863), organisasi kemanusiaan terbesar di dunia. Awalnya pergerakan itu disebut Palang Merah Anarkis, nama tersebut diganti pada tahun 1920 untuk menghindari perdebatan ketika Palang Merah mulai mengorganisir pembebasan para tahanan juga. Seperti Palang Merah, perlu diperhatikan juga bahwa simbol tersebut tidak diambil dari salib agama Kristen, walaupun simbol itu hampir menyerupai salib agama Kristen. Simbol Palang Merah dan Palang Hitam Anarkis adalah simbol kemanusiaan, sedangkan simbol salib Kristen melambangkan organisasi agama.

Sepatu Kayu
Gambar sepatu kayu digunakan secara simbolis oleh para anarkis pada abad ke-19 dan dan awal abad ke-20, walaupun sampai sekarang penggunaan simbol tersebut jarang lagi digunakan. Bahasa Perancis untuk sepatu kayu adalah sabot, yang mungkin merupakan dasar dari kata sabotase. Para pekerja yang ingin menghentikan kegiatan kerja mereka akan melempar sepatu kayu kedalam mesin-mesin pabrik atau pertanian, yang secara efektif menghentikan kerja mesin itu sampai mesin itu dapat diperbaiki kembali.

Di Philadelphia, Pennsylvania, terdapat toko buku anarkis yang diberi nama The Wooden Shoe, dan sejak tahun 2001 sampai tahun 2003 ada majalah anarkis dari Denmark yang berjudul Sabot.

Kunci Inggris dan Kapak Kuno
Gambar kunci Inggris juga diambil sebagai simbol dari sabotase, hal ini mungkin ada kaitannya dengan buku Edward Abbey, ‘The Monkey Wrench Gang’ dan dipopulerkan oleh kelompok Earth First!. Kunci Inggris dalam struktu bahasa kata benda juga berarti menyabotasi sesuatu, biasanya sesuatu yang jahat dan buruk untuk lingkungan dunia. Lambang kunci Inggris untuk kelompok Earth First! sering digabungkan secara menyilang dengan gambar kapak kuno (seperti simbol palu arit komunis) untuk menampilkan simbol akan kehancuran mesin-mesin yang merusak bumi. Earth First!, walaupun bukan sebuah organisasi resmi, telah memutuskan lewat konsensus (sebuah metode populer untuk mendapatkan keputusan diantara para anarkis), bahwa mereka tidak mendukung pengrusakan properti sebagai taktik perjuangan mereka. Lambang kunci inggris sampai sekarang masih digunakan oleh kelompok Earth First!, yang mana filosofi dasar mereka adalah "tak ada kompromi dalam memperjuangkan keberlangsungan bumi" dan "stand up for what you stand on".

Bendera Hitam dan Hijau
Bendera hitam dan hijau adalah suatu modifikasi dari bendera anarki merah dan hitam. Bendera tersebut digunakan oleh para ekologi sosial, eko-anarkis, anarkis anti kebudayaan dan primitifisme. Warna bendera tersebut diambil untuk menggambarkan pandangan anarkis mereka yang memfokuskan pada penguasaan diri dari segala bentuk kehidupan (hewan , manusia, dan semua tumbuhan) bukan hanya manusia saja.

Bendera Hitam dan Merah Muda
Variasi lain dari bendera merah dan hitam, bendera hitam dan pink digunakan oleh para anarkis gay, dan terkadang digunakan juga oleh Anarko-Feminis. Tak seperti bendera hitam dan hijau, warna bendera tersebut tidak merepresentasikan bentuk lain dari pergerakan anarkisme, namun warna tersebut digunakan untuk melambangkan perlawanan pada tatanan hirarkis di dunia heterosexual, sexisme dan tatanan patriarki.

Dibatas Airmata, Menantang Kesedihan

Kalian yang mengurai airmata
Terkapar dalam kubang kesedihan yang menyiksa
Terlelap termenung sendiri dalam penyesalan
Untuk apa, tiada guna

Lihatlah di cermin
Kitalah keindahan yang tak terjamah
Kitalah siang yang terbenam
Kitalah malam yang benderang
Kitalah kehidupan yang berwarna

Percintaan seharusnya tidak membuat lara
Memasung diri pada rangkaian derita
Menjelma diri menjadi asa yang tertunda
Untuk apa, tiada guna

Lihatlah ribuan bunga menanti kebangkitan kita
Rasakanlah bagaimana dunia baru akan tersenyum
Nikmatilah parade kegembiraan
Yang siap untuk mengarak kita
Menuju ke oase kehidupan
Dimana tak ada lagi airmata

Pamerkanlah semangatmu pada dunia
Tertawalah diatas penderitaan
Karena inilah...
Perhelatan akbar menantang kesedihan

(Malang, 30 Juni '08)

Kau & Aku

Bergeraklah bersamaku
Kan kubawa kau menuju padang kebebasan
Yang menawarkan aroma persaudaraan

Bernyanyilah bersamaku
Tinggalkan rutinitas kebosanan yang memasungmu
Sebab dunia tidak hanya dibalik buku

Berlarilah bersamaku
Disaat realita mulai terlihat angkuh
Kita lawan dunia yang merampas kehidupanmu

Dan hanya antara kau & aku...

(Malang, 20 Juni '08)