3/30/2008

Surat Untuk Sang Penguasa

Malang, 1 Nov ‘07

Sebuah surat...
Ditujukan Kepada Tuan Yang Terhormat
Sang Penguasa Maha Berkata
Atas nama Tuhanmu… Atas nama Ideologimu…
Kupersembahkan sebuah ‘rasa kagum’ yang mendalam untukmu…!

TENTANG TUHAN DAN PANCASILA

Apa kabar Tuan-ku?
Bagaimana keadaanmu hari ini, sehat wal afiat?
Sudah kenyangkah perutmu?
Sudah puaskah semua ambisimu?
Kalau iya, bolehkah sekarang aku bertanya padamu…

Benarkah engkau manusia yang ber-Tuhan?
Tapi kenapa melihat perilakumu aku jadi teringat pada setan
Benarkah engkau warga negara yang Pancasilais?
Tapi kenapa melihat sikapmu aku jadi teringat pada iblis

Kenapa kau menyiksa sesama anak bangsa wahai Tuan-ku
Seperti membantai anjing yang menyebar penyakit menular
"Ini untuk membela negara dan melindungi rakyat" teriakmu

Kenapa kau membunuh sesama manusia wahai Tuan-ku
Membabi buta seperti membabat rimbunan alang-alang
"Ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran" katamu

Kenapa kau membakar ribuan rumah saudaramu wahai Tuan-ku
Hingga lenyap tak bersisa rata dengan tanah
"Ini karena pemiliknya orang komunis yang atheis" seru mulutmu

Layaknya seorang Nabi…
Kau merampas kebebasan atasnama Tuhan
Kau merajalela atasnama bendera Pancasila
Kau main hakim sendiri atasnama panji-panji demokrasi

Kenapa? Ada apa denganmu Tuan-ku?

Sejak kapan kau menjadi tirani
Terhadap saudara-saudaramu sendiri?
Sejak kapan kau menjadi penguasa
Dengan menggunakan hukum rimba?
Sejak kapan kau menjadi manusia
Yang tidak sadar akan kodratnya?

Kau pun saudaraku
Seperti juga aku adalah saudaramu
Hanya kemudian kau lupa
Kau kemudian lupa diri dan mabok
Karena nuranimu telah dirampok
Oleh dasimu, pangkatmu dan jabatanmu

Kita sebenarnya sama-sama korban
Untuk dijadikan tumbal atasnama kekuasaan
Kita sebenarnya sama-sama rakyat
Tapi kau…
Dengan ujung bedilmu kau menindasku
Dengan kepalan tanganmu kau merenggut kebebasanku
Dengan ujung jarimu kau pasung hak hidupku

Ternyata aku baru mengerti…
Inilah sebenarnya makna Tuhan dan Pancasila
Yang kau ajarkan padaku lewat pidatomu setiap hari

Tapi Tuan-ku...
Apalah gunanya semua omong kosongmu itu
Kalau ternyata hanyalah sebuah keyakinan PALSU !

Haruskah selamanya aku menurutimu?
Tapi sampai kapan Tuan-ku?
Sampai kau puas?
Atau sampai kau sadar dan bertobat?
Tidak! Tak mungkin aku bisa menunggu Tuan-ku
Karena kesabaranku sudah luntur melihat tingkah lakumu

Sekian dulu dariku…
Maaf kalau aku terlalu banyak tanya padamu
Maaf kalau ada sedikit kata-kataku yang menyinggungmu
Terima kasih atas perhatianmu Tuan-ku
Kudoakan semoga semua ‘kebaikanmu’ mendapat imbalan yang sepantasnya

Sampai ketemu di barikade !

Salam hormat untuk Sang Penguasa,

Erwind Terrorezim

Membongkar Dosa Ekologi Bank Dunia

Gencarnya isu perubahan iklim yang ditampilkan media massa telah membuat banyak pihak, termasuk Bank Dunia, ikut menyuarakan keprihatinannya terhadap isu ini. Salah satu bentuk keprihatinan tersebut adalah gigihnya lembaga keuangan internasional ini mendukung proyek pengurangan emisi gas rumah kaca melalui pencegahan deforestasi dan perusakan hutan, yang sering disebut sebagai proyek Reduced Emission from Deforestation and Degradation (REDD), di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Ide dasar proyek REDD adalah negara-negara utara membayar negara-negara selatan untuk mengurangi penggundulan hutan dalam wilayah mereka. Adapun kompensasinya ialah dengan memberikan bantuan keuangan untuk kepentingan tersebut. Beberapa pihak telah mengusulkan agar pendanaan proyek ini diambilkan dari kombinasi dana publik (Bantuan Pembangunan Resmi/ODA) dan pasar karbon.

Sejak 2006 hingga awal 2007, Bank Dunia mengembangkan usul skema pendanaan baru yang sangat besar untuk membiayai proyek-proyek pada sektor kehutanan di negara berkembang. Lembaga keuangan ini berencana menggunakan skema baru itu untuk mengimplementasikan strategi kehutanan dengan penekanan kuat pada pendanaan yang terkait dengan isu perubahan iklim.

Bahkan dalam proposal Global Forest Alliance (GFA), Bank Dunia mentargetkan pada 2015 terdapat 50 juta hektare kawasan lindung baru dan peningkatan kapasitas dari Departemen Kehutanan pusat untuk melindungi dan mengelola area-area tersebut. Bila tidak berpikir secara kritis, besarnya nilai proyek yang ditawarkan dalam proyek REDD itu mampu membuat kita terbuai dan melupakan dosa-dosa ekologi yang pernah dibuat Bank Dunia sebagai pendukung utama proyek ini. Untuk itu, tidak ada salahnya bila kita sejenak menoleh ke belakang guna menelusuri rekam jejak proyek-proyek pembangunan Bank Dunia beserta dampak sosial dan ekologinya.

Di Brasil, misalnya, pada 1982-1985 Bank Dunia memberikan dukungan kepada proyek pemindahan penduduk besar-besaran atas nama pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang lebih dikenal sebagai proyek Polonoroeste, yang di Indonesia lebih dikenal sebagai proyek transmigrasi. Dukungan keuangan pada proyek ini telah menghasilkan sebuah bencana ekologi yang dahsyat, bahkan Bank Dunia juga mengakui hal itu. Betapa tidak, proyek ini telah mendorong terjadinya konversi besar-besaran kawasan hutan menjadi lahan pertanian, kawasan komersial, dan pertambangan (Ecology Law, Bruce Rich).

Akibatnya, kawasan hutan di daerah itu mengalami degradasi yang cukup parah. Pada 1982 penggundulan hutan telah mencapai 4 persen dan pada 1985 meningkat menjadi 11 persen. Sementara itu, pada 1987 hampir seluruh hutan di kawasan itu telah lenyap. Bahkan pada tahun yang sama sebuah gambar citra satelit menunjukkan terdapat 6.000 titik api pembakaran untuk membuka hutan dari seluruh kawasan hutan Amazon.

Celakanya, proyek semacam itu juga dilakukan oleh Bank Dunia di Indonesia. Lembaga ini merupakan pihak yang pertama kali terlibat dalam proyek transmigrasi di Indonesia pada 1974. Sama seperti proyek Polonoroeste, proyek ini juga menimbulkan kerusakan dan penggundulan hutan besar-besaran.

Pulau Sulawesi dan Sumatera adalah kawasan yang paling parah menderita kerugian ekologi akibat proyek ini. Di Sumatera, sekitar 2,3 juta hektare tanah yang semula merupakan hutan hujan alam telah menjadi lahan kritis. Adapun di Sulawesi, 30 persen wilayah hutan yang terkena proyek transmigrasi ini berubah menjadi lahan kritis (Lord of Property: The Power, Prestige, and Corruption of the International Aid Business, Graham Hancock, 1989).

Ironisnya, meskipun gencar mendanai proyek rehabilitasi hutan dengan mengatasnamakan perlindungan bumi dari bencana perubahan iklim, lembaga ini juga gencar mendanai proyek-proyek pada sektor energi fosil sebagai penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Pada periode 1992 hingga 2004, misalnya, grup Bank Dunia justru mengucurkan US$ 28 miliar dananya untuk membiayai proyek yang terkait dengan energi fosil. Sedangkan pada tahun fiskal 2005, proporsi pendanaan proyek energi terbarukan kurang-lebih hanya 5 persen dari seluruh pendanaan dari Bank Dunia untuk proyek energi.

Melihat rekam jejak proyek Bank Dunia tersebut, timbullah sebuah pertanyaan apakah proyek REDD tersebut sengaja digulirkan sekadar sebagai proyek pencuci dosa ekologi dari Bank Dunia dan negara-negara kaya lainnya di masa lalu yang telah berdampak pada bencana ekologi di masa sekarang? Atau proyek ini digulirkan agar negara-negara selatan tidak ribut meminta pertanggungjawaban atas gagalnya model pembangunan yang telah dinasihatkan oleh Bank Dunia selama ini? Persis seperti pemberian permen dari seorang kakak kepada adiknya yang masih anak kecil agar jangan terus menangis meskipun kakaknya baru saja menjitak kepalanya.

Mencermati Gerakan Hari Tanpa Televisi

Haruskah kita peduli pada siapa suami berikut Tamara Bleszinky atau Alya Rohali? Bagaimana kisah kasih gelapnya Taufik Hidayat yang konon membuahkan Exel? Lalu apa mobil terbaru Krisdayanti misalnya dan berapa nomor (maaf) bra nya Sarah Azhari? Sebenarnya tidak ada yang penting sama sekali.

Namun faktanya, sekitar 60 juta anak Indonesia menonton acara yang seperti itu di TV selama berjam-jam hampir sepanjang hari. Apalagi kebanyakan keluarga tidak memberi batasan menonton yang jelas kepada anak-anaknya. Seorang ibu yang gemar telenovela atau sinetron biasanya tidak peduli apakah anaknya tanpa sengaja ikut nonton juga meski masih di bawah umur misalnya.

Beberapa waktu polisi menemukan sesosok tubuh remaja puteri yang tergantung di rumahnya dengan menggunakan scarf putih. Motif kematian sang gadis ternyata bentuk peniruan dari cara yang digunakan sang puteri Huanzhu, idolanya, dalam salah satu episode drama televisi populer di Negeri Tirai Bambu, berjudul ‘Puteri Huanzhu’ dalam menghadapi masalah yang tidak teratasi.

Sebulan sebelumnya, si gadis tersebut mengubah model rambutnya mirip puteri pujaannya dan seringkali berperilaku menyerupai tokoh favoritnya tersebut. ”Televisi memang ibarat pisau bermata dua yang suatu saat bisa makan tuannya,” ujar Ketua Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN), Jhon Herwanto SPsi MSi dalam sebuah bincangnya dengan Riau Pos akhir pekan lalu.

Menurutnya anak-anak dan juga remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan punya sifat ingin tahu tentang banyak hal. Celakanya, demi memuaskan rasa ingin tahu itu kebanyakan mereka mencoba mempraktikkan hal-hal negatif yang mereka contoh dari tayangan yang mereka lihat di televisi.

Ia menekankan peran orang tua sangat besar sekali untuk mendampingi sang anak dan remaja yang tengah mencari jati diri tidak tersesat kepada hal-hal negatif karena kuatnya pengaruh tayangan televisi yang penuh dengan adegan kekerasan, seks, mistik, intrik dan hedonisme lainnya.

Apalagi sebagian besar acara televisi saat ini memang memprihatinkan karena dari hasil penelitian psikologi ternyata tayangan-tayangan negatif telah memicu agresivitas pada anak. Tayangan negatif memperkuat teori Sigmuen Frued bahwa tingkah laku manusia didominasi oleh prilaku libido seksual.

Redatin Parwadi, seorang yang berhasil mempertahankan disertasinya di depan senat Guru Besar Universitas Gadjah Mada 25 Juli 2002 mengatakan ada relasi positif antara jenis tontonan televisi dan perilaku agresif responden. Dan, uniknya, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pula kecenderungan terjadi penyimpangan nilai dan perilaku seseorang.

Hal ini pula lah yang memicu seorang aktivis Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) di Jakarta, B Gunarto, menggagas Gerakan Hari Tanpa TV yang disamakannya dengan peringatan Hari Anak Nasional yakni setiap 23 Juli.

B Gunarto mengatakan, hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas, dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menonton TV. ”Jutaan orangtua di Indonesia pada umumnya cemas dan khawatir dengan isi siaran TV kita,” ujarnya.

Pengamat acara televisi Firman Firdaus mendata hampir semua sinetron remaja saat ini menggambarkan persekongkolan yang menjijikan di kalangan anak sekolah, intrik asmara yang hiperbolis, cercaan terhadap pembantu, kata-kata kasar pada orang tua, dan segudang laku minus lainnya, dengan jam tayang yang sangat strategis: pukul 17.00-21.00 WIB.

Keberhasilan putera-puteri yang mengharumkan nama Indonesia lewat olimpiade sains tingkat dunia seakan menghilang ditelan gemerlapnya warna-warni lampu panggung Indonesian Idol. Kesuksesan luar biasa Septinus Saa dari Papua -daerah yang katanya terbelakang- menjadi pemenang Nobel Junior, melalui rumusannya mengenai bangun heksagonal, ‘dieliminasi’ nyanyian dan tarian para peserta Akademi Fantasi Indosiar.

Menurutnya lagi pemerintah maupun institusi lain, terbukti tidak mampu membuat peraturan yang bisa memaksa industri televisi untuk lebih sopan menyiarkan acaranya. Sehingga, tidak ada pilihan lain kecuali individu sendiri yang harus menentukan sikap menghadapi situasi ini.

Anggota masyarakat yang bersatu dan memiliki sikap yang sama untuk menolak perilaku industri televisi kita, akan menjadi kekuatan yang besar apabila jumlahnya makin bertambah. Penolakan oleh masyarakat yang merupakan pasar bagi industri televisi, pada saatnya akan menjadi kekuatan yang luar biasa besar.

Untuk itulah, menurut B Gunarto perlu ada ”Gerakan Hari Tanpa TV”. Ahad, 23 Juli 2006 bertepatan dengan ”Hari Anak Nasional” dipilih sebagai Hari Tanpa TV sebagai bentuk keprihatinan. Ia menambahkan bahwa keberhasilan dari gerakan ini akan membuktikan bahwa apabila masyarakat bisa bersatu melakukan penolakan terhadap perilaku industri televisi, maka sejak saat itulah kita bisa berharap ada perbaikan. Jadi, ia mengimbau pada hari itu, matikan TV selama sehari dan ajaklah anak-anak untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.

Ia juga menggalang dukungan Gerakan Hari Tanpa TV ini kepada seluruh masyarakat lewat web mail, www.kidia.org. Menurutnya, tayangan negatif berdampak serius pada anak seperti sering terjadi gangguan psikologi dan ketidakseimbangan emosi dalam bentuk kesulitan konsentrasi, perilaku kekerasan, persepsi yang keliru, budaya ‘instan’, pertanyaan-pertanyaan yang ‘di luar dugaan’ dan sebagainya.

Semua potensi pengaruh televisi bagi perilaku sosial masyarakat yang dapat dilihat dan dirasakan memang masih berada pada tataran kecenderungan-kecenderungan, meski sebenarnya tidak kalah mengkhawatirkan. Tidak lama lagi, (atau malah sudah?) kita akan mendapati masyarakat yang hedonis, konsumtif, bebas nilai dan norma, serta bodoh.

Hari Tanpa Belanja (HTB) / Buy Nothing Day



Apa Hari Tanpa Belanja itu?

Hari Tanpa Belanja (26 November) adalah sebuah ide sederhana untuk bersikap lebih kritis pada budaya konsumen dengan jalan mengajak kita untuk tidak berbelanja selama sehari. Ini adalah suatu bentuk perlawanan terhadap budaya konsumerisme



Dari mana Hari Tanpa Belanja berasal?

Hari Tanpa Belanja telah dimulai sejak 1993 oleh Adbuster—sebuah organisasi nirlaba yang berpusat di Kanada yang bertujuan meningkatkan kesadaran kritis konsumen (idenya berasal dari Ted Dave, pendiri Adbusters). Kini Hari Tanpa Belanja telah dirayakan secara internasional di lebih dari 30 negara



Apa tujuannya?

Sebagai konsumen, kita seharusnya mempertanyakan produk-produk yang kita beli dan perusahaan-perusahaan yang membuatnya. Idenya adalah untuk membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa dan seberapa banyak yang mereka beli telah berpengaruh pada lingkungan dan negara-negara berkembang



Siapa yang merayakan?

Anda! Ini adalah perayaan Anda! Beritahu teman-teman, pasanglah poster dan jangan belanja pada 26 November



Mengapa ada perbedaan tanggal perayaan?

Di Amerika Serikat dan Kanada, Hari Tanpa Belanja tahun ini dirayakan 28 November 2003, sehari setelah perayaan Thanksgiving. Di Indonesia, Hari Tanpa Belanja akan dirayakan 26 November 2005—pada hari Sabtu, di mana orang biasa menghabiskan waktu untuk berakhir pekan dan pergi berbelanja



Apa yang akan saya dapatkan?

Selama 24 jam Anda akan mengambil jarak dari konsumerisme dan merasa bahwa belanja itu tidak terlalu penting. Setelah itu Anda akan mendapatkan kembali kehidupan Anda. Itu adalah sebuah perubahan besar! Kami ingin Anda membuat komitmen untuk mengurangi belanja, lebih sering mendaur-ulang, dan mendorong para produsen untuk bersikap lebih jujur dan fair. Konsumerisme modern mungkin merupakan sebuah pilihan yang tepat, tetapi tidak seharusnya berdampak buruk bagi lingkungan atau negara-negara berkembang



Apakah itu berarti saya dilarang belanja?

Percayalah, sehari tanpa belanja tak akan membuat Anda menderita. Kami ingin mendorong agar orang-orang berpikir tentang akibat-akibat dari apa yang mereka beli bagi lingkungan dan negara-negara berkembang



Belanja? Apa salahnya?

Sebenarnya bukan hanya belanja itu sendiri yang berbahaya, tetapi juga apa yang kita beli. Ada dua wilayah yang perlu kita perhatikan, yaitu lingkungan dan kemiskinan. Negara-negara kaya di Barat (hanya 20% dari populasi dunia) mengkonsumsi lebih dari 80% sumber alam dunia, dan menyebabkan ketakseimbangan dan kerusakan lingkungan, serta kesenjangan distribusi kesejahteraan. Kita patut cemas pada cara barang-barang kita dibuat. Juga banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang menggunakan tenaga kerja di negara-negara berkembang karena murah dan tidak ada sistem perlindungan pekerja



Bagaimana dengan lingkungan?

Bahan-bahan baku dan cara pembuatan yang digunakan untuk membuat barang-barang kita memiliki dampak buruk seperti limbah beracun, rusaknya lingkungan, dan pemborosan energi. Pengiriman barang-barang ke seluruh dunia juga menambah tingkat polusi



Apakah satu hari akan membuat perubahan?

Hari Tanpa Belanja tidak akan mengubah gaya hidup kita hanya dalam satu hari, ia lebih merupakan sebuah pengalaman melakukan perubahan! Kami bertujuan membuat Hari Tanpa Belanja mengendap dalam ingatan setiap orang—layaknya peringatan Lebaran, Natal, atau Tujuh Belasan—agar juga berpikir tentang diri mereka sendiri, tentang keluarga terdekatnya, keluarga, teman-teman, dan masa depan



Apa yang harus saya lakukan?

Tidak melakukan sesuatu berarti melakukan sesuatu! Anda bisa melihat kegiatan Hari Tanpa Belanja di berbagai penjuru dunia lewat link di sebelah kiri halaman ini, atau kunjungi website Adbuster



Pikir lagi sebelum membeli!

Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini sebelum berbelanja!



Apakah saya benar-benar memerlukannya?

Berapa banyak yang sudah saya punya?

Seberapa sering saya akan memakainya?

Akan habis berapa lama?

Bisakah saya meminjam saja dari teman atau keluarga?

Bisakah saya melakukannya tanpa barang ini?

Akankah saya bisa membersihkan dan/atau merakitnya sendiri?

Akankah saya bisa memperbaikinya?

Apakah barang ini berkualitas baik?

Bagaimana dengan harga?

Apakah ini barang sekali pakai?

Apakah barang ini ramah lingkungan?

Dapatkah didaur-ulang?

Apakah barang ini bisa diganti dengan barang lain yang sudah saya miliki?

3/25/2008

Hancurkan Kesombongan Kalian!















Apa yang bisa kita lakukan ketika melihat foto-foto ini?

Sedih, terharu, menangis, mengelus dada atau cuma menutup mata. Tidak banyak yang mungkin bisa kita lakukan buat mereka yang mengalami penderitaan semacam ini.



Bersyukurlah karena sampai detik ini kita masih bisa makan enak, tidur tenang dan bersenang-senang. Berbahagialah karena kalian semua masih punya orangtua yang cukup mampu memenuhi kebutuhan kalian. Bergembiralah karena hari ini kita masih bisa bernafas dan menikmati hidup.



Dan sekarang, ayo kita renungkan bersama...

Coba kita sedikit membayangkan, berimajinasi atau berangan-angan...

Bayangkan seandainya kita bertukar tempat ataupun menjadi seperti mereka, merasakan apa yang mereka alami dan merasakan bagaimana tidak enaknya penderitaan mereka...

Bayangkan semua itu...

Bagaimana? Sangat sulit bukan bagi kita untuk menerima keadaan seperti itu...



Karena itu kawan...



JANGAN PERNAH BUTA KEPADA DUNIA KITA HARI INI!

JANGAN PERNAH SOMBONG DENGAN APA YANG KITA MILIKI HARI INI!

SUDAH SAATNYA KITA HANCURKAN SEMUA KESOMBONGAN YANG ADA!

Shopaholic: Apa? Siapa? Bagaimana?



Apakah ‘Shopaholic’ Itu?





Beberapa tahun terakhir ini, shopaholic atau compulsive shopper telah menjadi perhatian berbagai program televisi dan majalah perempuan. Mereka juga telah menjadi topik perbincangan psikologi pop. Meski media massa menggunakan istilah dengan agak “serampangan”, sebenarnya seorang shopaholic sering merasa terasing, sangat ketakutan, dan kehilangan kendali diri.



Tidak diragukan lagi, kita hidup dalam masyarakat yang sangat “gemar belanja”. Kita hidup berdasar pada kekayaan yang kita miliki dan banyak dari kita hidup dalam belitan hutang. Banyak orang, berapapun penghasilannya, memandang belanja sebagai sebuah hobi. Mereka menghabiskan akhir pekan dengan berbelanja, menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak mereka miliki, dan sering menyesali perbuatannya di kemudian hari. Apakah ini menunjukkan bahwa mereka bermasalah? Belum tentu.



Seorang shopaholic belanja di luar kendali. Mereka akan terus-menerus belanja meskipun telah jauh terbenam dalam hutang. Mereka akan belanja saat tertekan secara emosional, dan menggunakan belanja sebagai mekanisme bertahan hidup. Mereka tidak berhenti belanja karena mereka sungguh-sungguh menemukan kenikmatan dalam belanja. Mereka membeli barang-barang karena mereka merasa HARUS. Seorang shopaholic adalah seseorang yang lepas kendali.



Apakah Anda Seorang ‘Shopaholic’?



Pikirkan pernyataan-pernyataan berikut ini dengan membubuhkan “Benar” atau “Salah” pada masing-masingnya.

Ketika saya merasa tertekan, biasanya saya belanja.

Saya menghabiskan banyak uang untuk barang yang tidak saya miliki namun tidak saya butuhkan.

Saya merasa gila saat saya berbelanja tapi setelah itu saya tidak terlalau peduli akan barang yang saya beli.

Saya memiliki banyak pakaian yang tidak pernah saya pakai dan sejumlah perkakas/alat yang tidak terhitung jumlahnya dan saya tidak pernah menggunakannya.

Saya sering merasa sembrono/gila-gilaan dan lepas kontrol ketika saya berbelanja.

Saya sering berbohong kepada teman-teman dan keluarga tentang uang yang saya habiskan.

Saya merasa sangat kacau dan terganggu dengan kebiasaan berbelanja yang saya lakukan

Setelah belanja gila-gilaan, saya kadang merasa hilang orientasi dan tertekan.

Sekalipun saya merasa sangat bingung tertang hutang-hutang saya, saya tetap berbelanja.

Kegiatan berbelanja saya bnayak disebakan masalah hubungan dengan diri sendiri atau pun dengan orang lain.



Apakah Anda menjawab “benar” sebanyak empat kali atau lebih dari pernyataan-pernyataan di atas? Jika ya, tampaknya Anda memiliki masalah yang serius dengan nafsu belanja.



Jika kebanyakan jawaban Anda atas pernyataan kuis ini “Benar”, mungkin Anda membutuhkan lebih dari sekedar tips-tips yang sifatnya ekonomis untuk mengendalikan pengeluaran Anda. Jika pola belanja Anda mulai mengganggu kehidupan Anda, pertimbangkan untuk mendatangi seorang psikolog. Dia akan membantu Anda untuk mencari tahu mengapa kebiasaan belanja Anda sangat sulit dikendalikan. Shopaholic biasanya digolongkan sebagai “penyimpangan obsesif-kompulsif” yang dapat disembuhkan dengan bantuan psikolog. Dengan kesabaran, ketekunan serta bantuan dari pihak professional, seorang shopaholic dapat kembali mengendalikan hidupnya.



Tips Agar Tidak Boros dan Terapi Sederhana Untuk ‘Shopaholic’



Biasakan untuk tidak membawa kartu kredit, buku cek dan kartu ATM sebelum Anda pergi belanja. Gunakanlah uang tunai.

Jika Anda tertarik untuk membeli sesuatu, jangan biarkan diri Anda mengikuti dorongan itu. Buatlah “batas waktu” untuk berpikir. Jika sampai beberapa hari kemudian Anda masih menginginkannya, mungkin kini Anda bisa mempertimbangkan untuk membelinya.

Buatlah anggaran di atas selembar kertas dan jangan membeli apapun di luar anggaran.

Tulis setiap kebutuhan yang harus dibeli selama dua minggu Ini akan membuat Anda tahu benar kemana perginya uang Anda.

Tirani Berlabel Agama

Lonceng gereja berdentang dengan bangga
Disambut oleh nyanyian yang berbahagia
Kokoh berdiri simbol kesucian umatnya
Tak lekang oleh jaman, tak lapuk dimakan usia

Tapi apalah gunanya...
Hari ini darah tercecer lagi atas nama agama

Bunyi adzan menggema menggugah jiwa
Pengikut Muhammad melantunkan ayat-ayat cinta
Lambang kesempurnaan para pemeluknya
Tak kalah oleh orkestra, tak hilang dihempas dunia

Tapi apalah gunanya...
Hari ini darah tercecer lagi atas nama agama

Mendewakan pahala, menghalalkan ambisi
Merindukan surga, menghancurkan persepsi
Seperti inikah kesucian sebuah tirani
Berdiri congkak mengatasnamakan Tuhan-nya
Menginjak kebebasan individu yang merdeka

Keagungan religius selalu diatas segalanya
Tapi apakah harus seperti ini?

Kalau perang memang bagian dari dakwah
Ah, alangkah indah seandainya dunia tanpa agama

(Gresik, 20 Maret '08)

Pemikiran Hati

Ku terdiam menerawang angan
Menjelajahi nadi yang terbius oleh birahi
Nyanyian kalbu yang mengalun sunyi
Menghempas hati menjelajahi nurani
Jiwa yang diam takkan mungkin bertahan
Tak kuasa tuk menahan godaan dan rayuan
Nikmatnya rasa yang tak tertahan
Membuat raga seakan melayang
Menjerit tertahan merintih pelan
Dan berharap cintaku kan datang...

Ku terlelap dalam mimpi indah
Membuai akal sehat bagai aroma surgawi
Nirwana telah mampir kedalam sukma
Merasuk meracuni relung hati dan jiwaku
Bidadari yang terlukis dalam impian
Kini begitu dekat dan terukir nyata
Menunggu hati ucapkan rasa tuk katakan cinta
Tetap bertahan dan terus berkorban
Demi sebuah janji yang telah terukir dihati
Dan berharap cintaku takkan hilang...

(Malang, 8 Maret '08)

Kata Adalah Senjata II

Simbol perlawanan atas kebencian
Bagai kutukan yang siap diteriakkan
Memuntahkan amarah terpendam
Meluncur deras menghantam raga

Dari amarah yang meledak-ledak
Bagai peluru yang terbius kedalam jiwa
Menembus otak memicu berontak

Dan sekali lagi...
Sebuah Kata akan menjelma menjadi Senjata

(Gresik, 21 Maret '08)

No Rich Today, No Life Tomorrow

Blind consumption our majority
Under control by commodity
Domination of property
Making human into stupidity

No rich today, no life tomorrow
Ambition of hopeless people
No rich today, no life tomorrow
Confidence of useless people

Forget about our capability
Target of life become authority
Without awareness for humanity
People proud to be machinery

Alienation of human
No rich today, no life tomorrow...

(Gresik, 20 Maret 08)

Budaya Paranoid

Mencari jati diri
Itu kewajiban!
Mengekspresikan jiwa
Itu kebebasan!
Meneriakkan perlawanan
Itu kesadaran!
Memilih jalan hidup
Itu kemerdekaan!

Tapi dinegeri ini...
Semua itu bagaikan 'kejahatan'

Karena berbeda
Itu dilarang!
Karena menjadi diri sendiri
Itu diharamkan!

(Gresik, 21 Maret '08)

Apa itu Neoliberalisme ?

Sejarah singkat Neoliberalisme ialah sebuah varian terbaru dari liberalisme perdagangan klasik yang muncul abad ke-18. Liberalisme perdagangan klasik dipelopori oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation. Liberalisme perdagangan pada saat itu memicu terjadinya kolonialisme yang menimpa bangsa-bangsa di luar Eropa. Inggris dan negara imperialis Eropa lainnya menjadikan liberalisme perdagangan ini sebagai pembenaran mereka untuk berekspansi dan melakukan penjajahan. Liberalisme perdagangan klasik secara formal berakhir tahun 1930-an ketika terjadinya depresi besar yang ditandai terpuruknya perekonomian dunia.

Terjadinya depresi ekonomi hebat memunculkan fakta bahwa sistem perekonomian didasarkan kebebasan ekonomi ini tengah kolaps dan mengancam negara-negara kapitalis imperialis ke jurang kebangkrutan. Kebebasan perdagangan yang menjadi inti sistem perekonomian dunia pada saat itu dianggap gagal. Depresi ini bisa tertanggulangi setelah John Maynard Keynes memunculkan ide barunya untuk menanggulangi krisis dengan menuntut kembali peran pemerintah dari setiap negara pada jalannya perekonomian. Dari Keynes pula ide penataan ekonomi dunia pasca PD II digulirkan. Keynes mengajukan gagasan agar dilakukan perbaikan sistem ekonomi melalui tindakan kolektif berskala global.

Kelanjutan gagasan ini diterjemahkan dengan lahirnya kebijakan ekonomi untuk membangun kapitalisme global, ditandai pula dengan berdirinya IMF dan Bank Dunia tahun 1945. Dari dua lembaga keuangan internasional inilah konsep ekonomi Neoliberalisme dirumuskan, tatanan dunia baru diwujudkan. Inti neoliberalisme Liberalisme pada intinya memperjuangkan leissez faire (persaingan bebas) yang menuhankan hak-hak atas kepemilikan dan kebebasan inividual. Para penganut liberalisme ekonomi percaya bahwa perkembangan ekonomi akan berjalan dengan lancar dan memberikan kemakmuran pada masyarakat jika mekanisme ekonomi dibebaskan dari segala halang rintangan. Oleh karena tidak adanya halangan dalam perdagangan maka yang berlaku hanyalah hukum pasar. Harapan akan kemakmuran itu akan terwujud ketika keadaan pasar yang kompetitif ikut meneteskan kemakmuran ke bawah (trickle down effect).

Keadaan pasar yang kompetitif akan semakin efektif dan efisien guna pertumbuhan ekonomi dengan membuka pasar seluas-luasnya tanpa adanya regulasi atau batasan yang dianggap akan menghambat alur perdagangan internasional. Sebagai kelanjutan dari liberalisme klasik, Neoliberalisme tetap berintikan kebebasan perdagangan di segala sektor. Liberalisasi perdagangan, good governance, pembangunan, privatisasi dan deregulasi menjadi agenda paling penting yang didengungkan pada setiap negara sebagai syarat menciptakan kondisi perekonomian yang kompetitif. Berlakunya sistem ekonomi ini pun tidak mengenal batas negara, ekonomi yang berskala global dengan mengintegrasikan perekonomian ke dalam satu sistem perekonomian dunia yang berada di bawah rezim pasar bebas. Neoliberalisme hendak membebaskan pasar agar bekerja tanpa tekanan. Melepaskan tekanan yang menggangu mekanisme pasar ialah dengan membebaskan sektor swasta dari intervensi negara.

Penerapannya adalah dengan pemberian ruang bebas dan keterbukaan pada perdagangan dalam ruang lingkup global, tanpa harus ada satu pun intervensi pemerintah di suatu negara. Batasan dari perdagangan global ini hanyalah luas bumi, karena dalam neoliberalisme tidak ada batas negara ataupun sumber daya yang tidak bisa diperjualbelikan. Dalam pola persaingan bebas setiap pihak yang bergelut di dalamnya berada pada posisi yang sama di hadapan pasar. Persaingan bebas setara ini kemudian diaplikasikan dalam kebijakan di suatu negara dengan menghapuskan subsidi pada segala sektor ekonomi, termasuk yang dimiliki oleh negara.

Selain itu diharuskan untuk menghapuskan segala bentuk regulasi berbentuk proteksi, sehingga tidak ada satu pun pihak dalam persaingan itu yang mendapat perlindungan. Sektor ekonomi yang dikuasai oleh negara di hadapan rezim pasar bebas haruslah “dibebaskan”, jelasnya harus diprivatisasi. Alasannya tidak lain untuk efisiensi persaingan bebas.

Dampak Neoliberalisme ?

Aspek Ekonomi Ekonomi Neoliberal pada kenyataannya tidaklah mewujudkan peningkatan kesejahteraan yang benar-benar merata. Pihak yang memiliki modal besar semakin kaya dan berkuasa, namun di sisi lain terjadi pemiskinan masal yang menimpa rakyat seperti buruh, petani, bahkan dialami juga usaha kecil. Diberlakukannya liberalisme ekonomi di segala sektor berakibat pada berubahnya fungsi sosial menjadi orientasi pasar (baca:komersil). Seperti yang nampak pada perubahan status BUMN di Indonesia. Bahkan tidak hanya dialami BUMN yang bergerak di sektor usaha, akan tetapi sektor lainnya yang merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap rakyat, misalnya sektor pendidikan dan kesehatan.

Neoliberalisme tidak mengistimewakan kualitas kesejahteraan umum. Tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditi barang jualan karena logika pasarlah yang berjaya di atas kehidupan publik. Ini yang menjadi pondasi dasar neoliberalisme, menundukan kehidupan publik ke dalam logika pasar. Dampak kebijakan berorientasi pasar bisa terlihat dengan terjadinya deregulasi pada perundang-undangan. Setiap peraturan yang dianggap menghambat perkembangan ekonomi pasar akan dihapuskan. Seperti yang terjadi pada undang-undang perlindungan tenaga kerja yang terus dikikis habis guna menghancurkan pelindung tenaga kerja di hadapan para pemilik modal.

Tenaga kerja tidak mempunyai lagi payung hukum guna menuntut kesejahteraan lebih. Dengan alasan meningkatkan efisiensi korporasi, peraturan harus memihak pemilik modal. Sedangkan di bidang pertanian yang merupakan sektor vital bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, neoliberalisme semakin mengganas. Banyaknya pengambilalihan kepemilikan tanah dari para petani oleh pemilik modal besar adalah salah satunya. Fungsi tanah sebagai lahan pertanian rakyat dibangun menjadi pabrik atau diubah menjadi lahan pertanian yang hanya menguntungkan pemilik tanah. Akibatnya petani dipaksa untuk kehilangan sumber pencahariannya. Semakin berkurang kemampuan petani untuk mengolah lahannya diiringi dengan masuknya komoditas pangan dari negara lain.

Dengan harga yang lebih murah karena tidak adanya bea masuk dan regulasi menjadikan komoditas pangan luar menang bersaing dibandingkan komoditas pangan dari petani lokal yang harganya lebih tinggi, akibat kenaikan biaya produksi semisal pupuk yang subsidinya dicabut. Sebagai negara yang tengah dirongrong neoliberalisme, Indonesia secara lengkap menyediakan banyak fakta dari keburukan neoliberalisme yang didukung oleh pemerintah.

Naiknya angka kemiskinan, harga-harga yang membumbung tinggi, komersialisasi pendidikan, dan pengerusakan lingkungan hanyalah contoh kecil dari dampak neoliberalisme, dan apakah hal itu masih menyediakan keraguan bahwa neoliberalisme tengah menyeret kita ke jurang kesengsaraan ? Aspek Budaya Setiap aksi manusia menjadi berarti di hadapan neoliberalisme ketika mereka menjadi homo oeconomicus.

Eksistensi hidup setiap manusia hanya dinilai dari kemampuannya dalam bertransaksi ekonomi, lebih sempit lagi dilihat dari kemampuannya melakukan kegiatan produksi dan konsumsi. Sehingga yang menjadi satu-satunya dasar manusia untuk bertindak, melakukan hubungan sosial, ataupun politis ialah dari kemampuannya melakukan transaksi ekonomi. Kapitalisme yang melandasi struktur kebudayaan manusia bertujuan untuk mengkomodifikasikan relasi manusia dan mempereratnya dalam ketergantungan pada komoditas pasar. Didasarkan pada model teoretis ekonomi, kapitalisme bertransformasi menjadi sebuah fenomena budaya.

Budaya dari kapitalisme ialah budaya merek, pencitraan produk dan manipulasi tingkat kesadaran manusia yang dikendalikan oleh kebutuhan pasar.

Manusia diseragamkan dalam pemikiran, mengisi pikiran manusia dengan menjejalinya pertanyaan; apa lagi yang kita beli hari ini ? Ketika neoliberalisme menguasai struktur kehidupan maka setiap manusia baik sadar maupun tidak akan didorong untuk bekerja, bekerja dan terus bekerja agar ia menghasilkan uang untuk selanjutnya melakukan aktivitas konsumsi.

Di saat seseorang mendapatkan uang dari keringatnya untuk bekerja, maka dengan ilusi dan imaji dari berbagai macam komoditas akan ditawarkan ke hadapannya seakan-akan keputusan membeli seperti memilih hidup dan mati. Selain itu yang terjadi di daerah pedalaman ialah hancurnya kearifan lokal dan budaya tradisional akibat gencarnya budaya kapitalisme yang masuk dengan iming-iming modernisasi dan pembangunan.

Masyarakat tradisional di pedalaman terganggu pola hidupnya karena lingkungannya semakin terdesak dan memaksa mereka beradaptasi keras untuk menjadi orang modern. Atau seperti yang dialami oleh masyarakat tradisional di banyak tempat di Indonesia yang harus terusik kehidupannya karena eksplorasi hutan dan pertambangan di tempat mereka tinggal. Di hadapan kepentingan pasar tidak ada istilah hukum adat. Tidak ada kesakralan hutan, sungai, atau pun danau, yang ada hanyalah alam sebagai penghasil pundi-pundi uang.

“When all forms of communication become commodities, then culture, the stuff of communications, inevitably becomes a commodity as well. And that is what happening. Culture-the shared experiences that give meaning to human life- is being pulled inexorably into the media marketplace, where it is being revamped along commercial lines.” —Jeremy Rifkin

Aspek Politik Dalam pemikiran neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran di luar kepentingan pasar dianggap salah. Kapitalis neoliberal menganggap wilayah politik adalah tempat pasar berkuasa, ditambah dengan konsep globalisasi dan perdagangan bebas sebagai cara untuk memperluas pasar.

Pengelolaan negara yang dinamakan good governance, yakni pemerintah dilarang untuk ikut campur urusan ekonomi dan harus menyerahkannya pada mekanisme hukum pasar. Posisi pemerintah dalam neoliberalisme hanyalah sebagai wasit yang mengawasi jalannya persaingan dagang dan menegakkan pasar bebas.

Tugas pemerintah hanya menciptakan lingkungan di mana modal dapat bergerak bebas dengan baik. Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan memotong pengeluaran, memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat harus dikurangi. Seperti yang terjadi sekarang, harga-harga mengalami kenaikkan tanpa diiringi kenaikkan taraf kesejahteraan. Di saat krisis akibat neoliberalisme, rakyat kecil tidak mempunyai tempat berlindung dari keganasan pasar.

Dalam neoliberalisme negara tidak lebih seperti boneka pengawas yang diatur oleh institusi-institusi keuangan internasional semacam IMF dan Bank Dunia. Ketika terjadi kekacauan yang menimpa suatu perusahaan multinasional, maka IMF dan Bank Dunia segera menjewer pemerintah di negara tersebut. Kelanjutannya pemerintah akan melakukan “pembersihan” agar situasi kembali kondusif. Contohnya seperti yang terjadi di Papua ketika kaum adat yang marah karena tanahnya tercemar limbah Freeport melakukan aksi spontan untuk menghalangi aktivitas pertambangan.

Apa yang terjadi kemudian, Pemerintah Indonesia melalui tangan militer melakukan tindakan represif terhadap kaum adat tersebut.

Ironis !!

Aku Adalah Eksistensi

Akulah yang bernama amarah
Yang kau teriakkan dengan berani
Meledak, merobek keheningan
Menjelma menjadi revolusi

Akulah yang bernama dosa
Yang mengalir dalam urat nadimu
Lebur tak bersisa menjadi gairah
Dan mengotori kesucian darahmu

Akulah yang bernama cinta
Yang kau rasakan dalam getaran
Tersembunyi, namun ada
Bersetubuh bersama relung hati

Akulah yang bernama Tuhan
Yang kau impikan dalam detik tidurmu
Setia mengisi hari dan kekosongan
Tunggal berdiri dalam dimensi waktu

Akulah dirimu
Yang membisikkan untaian kalam doa
Hadir disetiap hembusan nafas
Tak berwujud namun begitu nyata

Akulah eksistensi...
Aku, kau dan hanya kita yang tahu

(Gresik, 21 Maret '08)

3/16/2008

Tidak Ada Surga Untuk Kita

Asap tebal mulai menjangkau langit
Seperti teriakan revolusi yang memanaskan angkasa
Di tiap jalanan dan sudut kota
Di tiap negara dimana keadilan menjadi dosa

Semua orang muak dan lelah
Dengan semua yang dibicarakan oleh media
Jenuh dan bosan pada kebohongan
Seakan mereka ingin berteriak dan berkata :
Kami ingin kebenaran !

Janji masa depan yang sempurna
Tanpa ada lagi upeti bagi sang raja
Semua omong kosong hanyalah tipu daya
Memecah amarah dan kebencian pada otak kita

Lebih baik kau dengarkan aku sekarang juga !

Kini sudah tidak ada lagi yang namanya surga
Lupakan semua angan yang ada
Kita harus merebut dunia ini sekarang juga
Kita harus mengambil alih sekarang juga
Karena dunia kita bukan milik mereka

(Malang, 23 Nov '06)

Takdir Untuk Kita

Mati satu tumbuh seribu
Hari ini satu penguasa mati
Besok muncul yang lain lagi
Hari ini satu keparat mati
Besok muncul yang lebih keparat lagi

Bagaikan tak ada habisnya
Semuanya terjadi silih berganti
Selalu datang dan pergi tiada henti
Apakah harus seperti ini...
Apakah harus seperti ini takdir yang kita jalani ?

Lihat saja...
Dunia ini seakan tidak mau berkompromi
Apalagi manusianya sudah dibutakan
Oleh Tuhan baru yang namanya 'materi'
Manipulasi berlangsung tanpa henti
Horor manusia muncul tiap hari di TV
Bagaikan film yang tidak ada ending-nya
Tidak ada lagi yang namanya halal & haram
Hukum & aturan pun sudah tak mampu lagi berkata
Sang pemberi keadilan pun diam
Sudah tak mampu lagi menunjukkan kehebatannya
Palu yang ditentengnya tiap hari
Seakan-akan hanyalah sebuah mainan
Yang telah kehilangan daya tariknya
Dan hanya demi sebuah ambisi duniawi
Benar & salah tak berlaku lagi
Apapun pasti dilakoni asal semua terpenuhi

Ah kalau sudah begini...
Cita-cita kehidupan sosial madani
Sepertinya hanyalah sebuah mimpi
Pasti semuanya akan terus seperti ini
Mungkin takdir ini tak dapat berubah lagi

Tapi apapun yang terjadi...
Kau masih tetap punya pilihan
Kau masih tetap bisa memutuskan
Ataupun kalau kau sudah tidak mampu untuk bertahan
Dan kau memilih untuk tunduk dan tidak melawan
Maka...
Menari dan bernyanyilah untuk kematian
Karena di kehidupan nanti
Kita semua sama, kita semua setara

(Malang, 3 Nov '07)

Sudah Saatnya... Revolusi !

Katanya engkau generasi muda
Pembawa pelita harapan umat manusia
Bagai intan permata di ujung sangkakala
Secercah cahaya bagi kelamnya dunia

Tapi engkau tidak bisa berkata apa-apa
Karena realita punya bukti yang ada
Nyatanya semua hanyalah utopia
Tanpa ada perubahan yang nyata

Apakah kau telah lupa diri
Akan kodratmu yang telah menanti
Sebuah perubahan yang berarti
Untukmu, untuk kita dan dunia ini...

Terbawa arus nikmatnya masa muda
Hedonisme kau puja layaknya sang dewa
Kau pun terus menutup mata
Tak sadar akan kondisi dunia
Seakan kau adalah hamba neraka
Yang tidak paham akan jeritan rakyat jelata

Apakah jiwamu itu telah mati
Terhempas oleh ambisi duniawi
Apakah nuranimu itu telah terbeli
Diganti oleh nikmatnya materi

Ternyata hanya sampai disana...
Hanya itukah nyali yang kau punya
Untuk apa labelmu sebagai mahasiswa
Kalau kau nodai semangat jiwa muda

SAMPAI KAPAN ENGKAU TERUS SEPERTI INI !?

Apa kau tidak malu pada bumi ini !?
Yang selama ini telah banyak memberi
Nikmat sesungguhnya alam raya ini

SEKALI LAGI...
APA KAU TIDAK MALU PADA BUMI INI !?

Sudah waktunya kau mengerti
Sudah saatnya kau menyadari
Kalau detik ini, hari ini dan saat ini
Revolusilah dirimu sendiri !

(Gresik, 28 Des '06)

Sajak Perlawanan

Mulutku boleh kau bungkam…
Hingga ku tak mampu teriak dan bicara apa adanya

Lidahku boleh kau sayat…
Hingga ku ta mampu berkata sesuai kata hati

Telingaku boleh kau potong…
Hingga ku tak mampu mendengar tangis negeri ini

Mataku boleh kau congkel…
Hingga ku tak mampu melihat realita yang ada

Tanganku boleh kau belenggu…
Hingga ku tak mampu mengepalkan kebebasan

Kakiku boleh kau pasung…
Hingga ku tak mampu bergerak untuk turun ke jalan

Leherku boleh kau penggal…
Hingga ku tak mampu menggeleng & berkata ‘tidak’

Otakku boleh kau remukkan…
Hingga ku tak mampu berpikir apa yang salah & benar

Kepalaku boleh kau hancurkan…
Hingga ku tak mampu menakuti detik-detik dalam hidupmu

Nafasku pun boleh kau hentikan…
Hingga ku tak mampu lagi untuk mengusik tidurmu

Tapi...
Nuraniku tidak akan bisa kau beli
Gejolak hatiku juga tidak akan bisa kau padamkan

Dan untuk hari ini dan seterusnya…
Revolusiku tidak akan pernah berhenti !
Revolusiku tidak akan pernah mati !

(Gresik, 16 Juli ’07)

Pengorbanan

Persamaan hak dan keadilan
Sebuah mimpi yang harus kita buat menjadi nyata
Tanpa ada despotis para penguasa
Bebas dari kebodohan para rasis dan fasis

Siapa yang membunuh demi ketamakan dan keuntungan?
Berapa banyak lagi kehidupan yang mati?
Siapa lagi yang akan disingkirkan oleh sistem hari ini?

Atas nama aliran darah mereka
Jika kamu melihat kebenaran
Yang akan kamu temukan adalah kepalsuan
Sampul atas kebusukan retorika yang ada

Semua pengorbanan para pemberontak
Yang telah dicuri hidupnya
Jawaban atas nama kekuasaan
Yang dinyatakan oleh peluru dan senjata

Mereka membutakan mata kita
Dengan politik dan kebohongan mereka
Mereka menghentikan tangisan
Dengan pembunuhan dan pembantaian

Pemerintahan dan manipulasi
Layaknya otoritas Hitler dan Nazi-nya
Akan datang sebuah rencana final
Dimana pemberontak lain akan mati
Demi eksistensi mereka

(Gresik, 3 Feb '07)

Pembantaian Oleh Bank Dunia

"Puluhan negara terjerumus kedalam kemiskinan, ribuan hektar hutan terbakar sia-sia, 10 juta orang dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya, dan ini semua akibat ulah mereka"

Rekonstruksi ekonomi oleh Bank Dunia & IMF
Sistem pembunuhan berencana oleh antek penguasa

Dengan image penolong yang mereka tunjukkan
Berlindung dibalik topeng untuk menutupi kejahatan mereka
Sebuah instrumen korporasi untuk menolak hukum aturan domestik
Berperan sebagai senjata Amerika untuk melancarkan politik busuk mereka
Pemicu rencana Amerika untuk memeras uang dengan manipulasi ekonomi

Mereka adalah anjing penjaga kepalsuan penguasa
Diktator yang beraksi atas nama kesengsaraan
Tirani yang berdiri dibalik kebijakan yang mereka rancang
Penghancur tatanan ekosistem dunia
Pelayan negara kaya untuk mengeruk keuntungan
Malaikat maut bagi negara miskin menuju ambang kematian

(Gresik, 23 Feb' 08)

Patriotik Rasis & Fasis

Benderamu...
Bendera perang
Merah, putih, biru dan lainnya
Warna dari sebuah sejarah
Sebuah simbol yang membatasi dunia

Atas nama panji-panji patriotisme
Untuk para rasis & fasis penindas sesama
Menjadi sebuah propaganda nista
Membuatmu saling bertarung satu sama lain

Buka matamu dan lihat sekelilingmu
Kepada rasisme, fasisme dan kepada kebencian
Buka pikiranmu dan mengertilah
Tekanan oleh penguasa di dalam pikiranmu
Tertanam kekerasan dan kebencian
Dan tekanan kepada minoritas
Untuk negaramu yang fasis itu
Semua kekosongan yang kamu yakini
Tidak akan pernah membuatmu merasa bebas & damai

Inilah saatnya…
Buka matamu dan lihat sekelilingmu
Taruh semua rasis dan fasis di sasaranmu
Begerak, bersatu & bersama
Hancurkan mereka sekarang juga !

(Malang, 10 Nov '07)

Nasionalisme Buta, Patriotisme Yang Sia-Sia

 "Sajak pendek buat prajurit-prajurit pembela negara fasis yang telah dirampas kebebasan dan kehidupannya akibat pembodohan oleh penguasa"

Jiwa dan raga
Kau persembahkan untuk negara
Harta dan nyawa
Kau persembahkan untuk negara

Atas nama nasionalisme
Ditambah doktrin patriotisme
Kau turun ke medan laga
Dan dengan bangga kau angkat senjata

Mati di pertempuran
Kau anggap itu pengorbanan
Peluru menancap di dada
Kau anggap itu sudah biasa

Tapi apa peduli mereka ?!
Apa yang bisa diberikan oleh mereka ?!

Ketika kau mulai tua
Maka saat itu juga
Kau akan sadar bahwa
Kau berkorban terlalu banyak buat mereka

Kau telah dibodohi oleh Sang Penguasa
Sampai-sampai nyawa pun
Kau berikan untuk mereka...

(Malang, 10 Okt '07)

Mimpi Buruk Dunia

Ketika kita lupa pada takdir akan kehidupan yang harus kita jalani
Ketika kita tak peduli lagi pada senja pertama yang kita cintai
Ketika kita terbuai dan terlena oleh kemajuan dunia
Ketika itu juga kita tak tahu lagi kebahagiaan selain apa yang dijajakan oleh TV
Dan sudah saatnya kita harus segera menyadari
Bahwa dunia perlahan namun pasti berada dalam genggaman ketakutan

Kemiskinan dianggap sebagai hal yang lumrah atas imbas kesenjangan sosial
Pendidikan kian menjadi keseharian yang tidak mendidik
Kehidupan semakin tak terhidupi selain demi akumulasi kapital dan kekuasaan
Mimpi buruk telah bertransformasi menjadi keseharian yang semakin nyata

Kita dihadapkan kepada realita yang sungguh tak manusiawi
Dimana keadilan seakan hanyalah sebuah mimpi
Dimana tingkat kekerasan menjadi semakin merajalela
Dimana biaya hidup semakin melambung tinggi
Dimana kelaparan dan kemiskinan selalu membayangi
Dan itulah gambaran nyata keadaan yang harus kita jalani sehari-hari
Bukankah sungguh ironis dengan kekayaan para pejabat
Yang sejatinya mereka adalah para pelayan rakyat

Laju produksi dan konsumsi yang sedemikian cepat
Membuat kita semakin terseok-seok demi menggapai kepuasan hasrat
Segala sesuatu yang hidup telah semakin tereduksi
Menjadi benih reproduksi kelelahan dan ketakutan

Haruskah kita membiarkan mimpi buruk ini terus berlangsung ?
Sekarang juga, kita akan berjanji :
Untuk tak lagi lupa membersihkan darah pada luka yang tak kunjung mengering ini
Untuk sesuatu yang hidup, yang kita namakan kesejahteraan bersama

(Malang, 10 Des '07)

Media Mereka Bukan Untuk Kita

Dengan uang, jabatan dan kekuasan
Penguasa, politikus dan antek-anteknya
Mereka membeli dan mengontrol media
Untuk menutupi omong kosong mereka

Kebenaran selalu menjadi korban pertama
Yang hitam diputihkan
Dan yang putih diburamkan
Inilah demokrasi kontrol media

Dengan uang, jabatan dan kekuasan
Mereka mengirimkan pesan di TV
Dan media kehilangan independensi
Karena demokrasi mereka telah terbeli

(Malang, 17 Mei ’07)

Larangan !

Jangan bersimpati kepada suatu hal
Yang tidak pantas untuk kau beri simpati
Jangan menuruti suatu hal
Yang tidak berguna untuk kau turuti

Jangan mudah percaya
Kepada "Yang Tidak Bisa Dipercaya'
Jangan mudah menyerah
Kepada 'Yang Tidak Bisa Dikalahkan'

Dan...
Jangan berikan kebebasan pada mereka
Kalau mereka tidak memberi apa yang kau inginkan...
Dan...
Jangan berikan kebebasan pada mereka
Kalau mereka tidak membalas apa yang kau berikan...

Sekali lagi jangan !

(Malang, 1 Nov '07)

Konspirasi Iblis

Terlahir dari lembah hitam neraka
Pantaskah mereka disebut manusia
Setelah nafas dunia terampas sia-sia
Oleh karatnya nurani tanpa cela
Layaknya reinkarnasi berhala
Yang menjelma menjadi pemegang tahta

Topeng naif para penjilat dunia
Penjahat keadilan haus darah
Menyebarkan teror dan ancaman
Demi kesesatan akan sebuah kesenangan

Itulah mereka...
Permainan nista mendekonstruksi manusia
Konspirasi para iblis bermuka dua

(Malang, 5 Des '07)

Kita Lawan Dunia !

Kenyataan yang semakin menyakitkan
Ancaman teror tiada henti terhadap rakyat
Kepedihan yang kita dapatkan
Kebebasan yang terjerat oleh norma tipu daya
Semua itu akan kita musnahkan

Kita akan menantang & melawan
Menolak untuk tunduk kepada keadaan
Menghancurkan segala kebusukan
Kepada semua keparat yang mengacaukan bumi ini
Kepada siapa saja yang membuang kotoran diatas hidup kita
Kepada mereka yang meracuni otak & pikiran kita
Kepada penguasa yang membodohi kita

Perang terhadap realita
Pemberontakan kepada semua penguasa
Pembangkangan terhadap struktur
Penolakan kepada semua budaya pembodohan
Yang memberikan legitimasi kepada pemerintahan yang absolut

Tidak akan ada lagi rantai ketakutan yang membayangi
Tidak akan ada lagi penindasan dimuka bumi
Tidak akan ada lagi kompetisi busuk duniawi
Tidak akan ada lagi raja yang membelenggu kebebasan kita
Karena kontrol kekuasaan ada ditangan kita semua

Jiwa ini akan kita bakar
Darah ini akan kita teteskan
Semua kenikmatan ini akan kita korbankan
Resistensi nyata dari revolusi kita
Kita lawan dunia dengan segala keangkuhannya
Kita lawan negara beserta semua aparat korupnya
Dan semua otoritas kekuasaan ini harus ditumbangkan
Tai kehidupan ini harus dimusnahkan

Buka pintu hati nurani kita
Gunakan semua akal pikiran kita
Karena perang ini akan terjadi dalam kehidupan kita
Sampai kita BEBAS & MERDEKA!

(Gresik, 26 Des '07)

Kebebasanku Adalah Raja !

Sesungguhnya...
Suara hati tak bisa diredam
Suara jiwa takkan bisa dihentikan
Karena disana tertanam kebebasan

Kau bisa saja mencabut lidahku
Kau bisa saja bungkam mulutku
Kau bisa saja memotong tangan dan kakiku
Hingga ku hidup tanpa raga

Tapi selama otakku masih ada
Nyawaku masih menancap di jiwa
Dan kutahu kau masih tertawa
Walau ku tak mampu lagi untuk bergerak
Maka...
Akan kulawan kau dengan kata-kata !

Karena...
Untuk saat ini dan selamanya...
Kebebasanku tetap akan menjadi raja !

(Malang, 2 Juni '07)

KITA Adalah Kanibal Bagi Dunia Global

KITA impor minyak, KITA akan ekspor darah
KITA akan mengambil minyak mereka
Dengan senjata yang KITA punya
Mereka akan impor modal, akan KITA ekspor kematian
KITA akan lempar bom ke mereka
Sampai tak ada satupun yang tersisa
KITA tidak perlu bukti nyata
Untuk menyegel nasib negara mereka
Hanya janji-janji keuntungan
Sebagai balasan dari sumberdaya yang mereka punya
KITA lepas kekuatan KITA untuk wujudkan mimpi KITA
KITA lah yang mengatur dunia mereka
KITA tidak perlu menjawab apa-apa kepada mereka
KITA pakai 'organisasi bangsa' untuk legitimasi kejahatan KITA
Tapi jika mereka tidak mau berdiri dengan KITA sekarang
KITA akan hancurkan mereka !
KITA adalah negara terkuat yang pernah ada di dunia ini
Ketika KITA memegang tombol kuasa
KITA akan memaksa mereka berlutut di bawah kaki kita
KITA akan membelenggu tangan mereka
Untuk melanjutkan invasi KITA sebagai pelahap terbesar di dunia
Propaganda perang adalah kegemaran KITA
Penindasan adalah mental KITA
KITA berjalan diatas kelemahan mereka
KITA lempar bom atas nama kebebasan
KITA ingin mereka tidak bisa bergerak
Dan membuat mereka tidak bisa melawan KITA

Karena KITA adalah KANIBAL bagi DUNIA GLOBAL
Superioritas yang KITA punya
Dan arogansi negara kelas satu dunia

(Malang, 15 Nov 07’)

Kata Adalah Senjata !

Aku mempunyai akal & pikiran
Yang dapat kupakai untuk berkarya
Aku mempunyai otak & perasaan
Yang dapat kupakai untuk menyuarakan hati nurani

Aku juga mempunyai hak & kebebasan
Untuk menulis, berkata & mengekspresikan diri

Karena itulah,,,
Kata Adalah Jati Diri
Kata Adalah Eksistensi
Dan Kata Adalah Senjata !

(Malang, 20 Des '07)

Jeritan Hati Untuk Sang Ibu Pertiwi

Sosok tubuh perempuan paras jelita
Hampir lenyap tanpa nyawa
Dia adalah Ibu Pertiwi Putri Bumi
Yang elok alam dan kaya raya

Berhala-berhala bernyawa
Yang tertawa-tawa tersenyum penuh dusta
Dia adalah Manusia penguasa
Yang menyembah nafsu serakah

Berlagak menjadi Tuhan
Bertindak dengan semena-mena
Dan tega menghisap kekayaan elok alam
Serta sesamanya tanpa rasa dosa

Sosok perempuan paras jelita...
Akankah kita biarkan benar-benar tanpa nyawa
Disiksa, ditindas dan diperkosa...
Oleh berhala bernyawa penyembah nafsu serakah

(Malang, 3 Okt '07)

Intro Hari Ini...

Kamu pasti menyadari
Bahwa suatu saat nanti
Kamu pasti akan mati
Dan sampai kamu mengetahui
Bahwa ternyata kamu tidak ada gunanya

Ini semua terjadi...
Setelah kamu kehilangan segalanya
Sesuatu yang dapat membuatmu
Merasa bebas untuk melakukan semuanya

Karena itu,
Jangan biarkan
Hidupmu dan kebebasanmu
Terampas dengan sia-sia

(Malang, 17 Sept '07)

Jangan Lawan Aku !

Aku...

Aparat Bersenjata Republik Indonesia

Barisan pelindung negara & abdi masyarakat

Pasukan yang tak kenal kompromi & rasa takut


Hei kalian...!

Jangan pernah berani melawan ku

Aku punya senjata yang diberikan oleh negara

Untuk ku pakai 'membela diri'


Awas kalian...!

Maju selangkah ku semprot gas air mata

Maju selangkah lagi moncong senjata ku angkat

Maju selangkah lagi peluru ku muntahkan


Ingat! Aku ini aparat

Ingat! Aku punya senjata

Ingat! Aku tak pakai peluru hampa

Ingat! Jangan lawan aku!


“ mengenang mereka yang tak seharusnya mati tertembus peluru
dari senjata milik negara ”

(Malang, 13 Mei '07)

Diam Itu Dosa

Dunia kita kaya akan warna, budaya & sumberdaya
Tapi dunia kita juga kaya akan derita

Nyawa tak ada harganya dibandingkan harta
Nurani tak ada bedanya dengan tidak peduli
Akal pikiran tak ada gunanya daripada kekuasaan

Bisakah kita diam ketika kita melihat kenyataan bahwa para birokrat kita ternyata hanya merakyat ketika pemilu tapi berkhianat ketika menjabat?

Bisakah kita diam ketika melihat banyak teman-teman kita tidak mendapatkan pendidikan layak yang katanya diwajibkan oleh negara ini?

Bisakah kita diam ketika melihat adik-adik kecil kita sudah turun ke jalan dan kehilangan masa mudanya yang bahagia?

Bisakah kita diam ketika melihat saudara-saudara kita hidup dalam ketidakberdayaan kemiskinan, serba kekurangan dan terhimpit banyak kesulitan?

Bisakah kita diam ketika ada beberapa golongan yang menumpuk kemakmuran sementara banyak yang lainnya terperangkap dalam jaring kemelaratan?

Bisakah kita diam ketika alam raya yang sebenarnya kita milki bersama untuk menjamin kesejahteraan banyak orang sudah dikapitalisasi oleh segelintir majikan?

Bisakah kita diam ketika melihat lembaga hukum yang kita percaya ternyata telah menipu kita atas nama keadilan?

Bisakah kita diam ketika melihat saudara-saudara kita yang tergusur hanya bisa marah, menangis dan menjerit tanpa bisa melawan?

Bagaimana mungkin kita bisa diam melihat semua itu?
Padahal semuanya ada di depan mata

Kepercayaan mana yang menyuruh kita diam?
Agama mana yang yang memperbolehkan kita diam?
Kitab suci mana yang menganjurkan kita diam?
Ilmu pengetahuan mana yang mengajarkan kita diam?

Kalau diam itu adalah dosa
Lalu kenapa kita tetap diam saja
Ketika melihat dunia tak lagi bisa tertawa bahagia

(Gresik, 21 Feb '08)

Hukum Rimba

Inilah sebuah konstruksi masa kini
Potret keadilan yang anomali

Sosok peradaban modern yang didalamnya...
Kejujuran adalah bencana
Keluguan adalah petaka
Dan kebenaran adalah kesalahan

Mesin keadilan & kebenaran
Yang kita sebut dengan 'Hukum'
Beserta para aparaturnya
Tak ubahnya sebagai alat penguasa
Bahkan Lawyer telah menjadi seorang Liar

Mereka hidup di alam rimba raya
Dengan hukum yang mereka jalani sendiri
"Siapa yang kuat dia yang menang"

(Gresik, 22 Des ’07)