Ketika kita lupa pada takdir akan kehidupan yang harus kita jalani
Ketika kita tak peduli lagi pada senja pertama yang kita cintai
Ketika kita terbuai dan terlena oleh kemajuan dunia
Ketika itu juga kita tak tahu lagi kebahagiaan selain apa yang dijajakan oleh TV
Dan sudah saatnya kita harus segera menyadari
Bahwa dunia perlahan namun pasti berada dalam genggaman ketakutan
Kemiskinan dianggap sebagai hal yang lumrah atas imbas kesenjangan sosial
Pendidikan kian menjadi keseharian yang tidak mendidik
Kehidupan semakin tak terhidupi selain demi akumulasi kapital dan kekuasaan
Mimpi buruk telah bertransformasi menjadi keseharian yang semakin nyata
Kita dihadapkan kepada realita yang sungguh tak manusiawi
Dimana keadilan seakan hanyalah sebuah mimpi
Dimana tingkat kekerasan menjadi semakin merajalela
Dimana biaya hidup semakin melambung tinggi
Dimana kelaparan dan kemiskinan selalu membayangi
Dan itulah gambaran nyata keadaan yang harus kita jalani sehari-hari
Bukankah sungguh ironis dengan kekayaan para pejabat
Yang sejatinya mereka adalah para pelayan rakyat
Laju produksi dan konsumsi yang sedemikian cepat
Membuat kita semakin terseok-seok demi menggapai kepuasan hasrat
Segala sesuatu yang hidup telah semakin tereduksi
Menjadi benih reproduksi kelelahan dan ketakutan
Haruskah kita membiarkan mimpi buruk ini terus berlangsung ?
Sekarang juga, kita akan berjanji :
Untuk tak lagi lupa membersihkan darah pada luka yang tak kunjung mengering ini
Untuk sesuatu yang hidup, yang kita namakan kesejahteraan bersama
(Malang, 10 Des '07)
3/16/2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment