2/27/2008

Cerita Indonesia

Ayo kita rayakan... Pesta 17an...
Hari ini kita meraih kemenangan
Hari ini kita sudah hidup tenang
Waktunya untuk bersenang-senang

Tapi...
Apanya yang harus dirayakan ?
Apanya yang telah dimenangkan ?
Kapan kita bisa hidup tenang ?

Inilah Cerita Indonesia, Tanah Air Kita...

Indonesia seperti di jaman kolonial
Klas penindas dibekingi senjata dan modal
Indonesia bagaikan neraka dunia
Klas tertindas hanyalah manusia tanpa harga

Kemerdekaan itu fatamorgana
Layaknya mimpi yang tersebar didunia maya
Kemerdekaan hanyalah angan belaka
Di tanah air Indonesia yang kaya raya

Kemerdekaan seperti roman picisan
Penguasa istana maunya dipanggil Tuan
Kemerdekaan itu catatan sejarah
Dimana jutaan rakyat mati bersimbah darah

NKRI HARGA MATI !
SEBUAH SEMBOYAN TAI !
MERDEKA ATAU MATI !
SEBUAH SEMBOYAN BASI !

Siapa itu yang ngaku-ngaku bangsa Indonesia ?
Ribuan rakyatnya mati sia-sia dibantai penguasa
Siapa itu yang ngaku-ngaku bangsa Indonesia ?
Ribuan rakyatnya dikorbankan oleh penguasa

Tragedi Mahasiswa
Marsinah
Widji Thukul
Munir
Dan nyawa lainnya
Hilang lenyap tak ada jejaknya
Hasil sabotase para penguasa

Apa enaknya dijajah bangsa sendiri ?
Mengulang riwayat sejarah bangsa kuli
Rakyat sendiri ngemis demi sesuap nasi
Yang diatas sana seakan tak peduli

NEGARA MERDEKA, TAPI RAKYAT SENGSARA !
NEGARA MERDEKA, TAPI RAKYAT MERANA !

Terus mau apa...
Memang beginilah adanya...
Oh MERDEKA...
Ternyata hanyalah sebuah cita-cita...
Cerita utopia negara Indonesia...

(Gresik, 17 Agt '07)

Mengapa Saya (sebaiknya) Tidak Makan di McDonald's





Waktu menulis ini, saya langsung kepikiran dan teringat masa-masa dulu, dimana saat saya masih sekolah dulu, saya dan teman-teman sering kali menghabiskan waktu di tempat nongkrong paling nyaman, paling asik, paling gaul dan paling bergengsi se-dunia... McDONALD'S. Siapa sih yang gak kenal 'nama' ini?



Kebetulan waktu itu di kota saya, restoran fast food paling ngetop sedunia ini terbilang masih baru dibuka, jadi pasti banyak remaja kayak saya yang menghabiskan waktu disana. Tempat ini benar-benar mengasyikkan sampai kita begitu betah menghabiskan waktu yang tak terasa lewat begitu saja, kita bisa makan-makanan enak sambil dengerin musik, lihat anak-anak kecil bermain, lihat cewek-cewek, pokoknya asik plus nyaman banget lah...



Tapi sebenarnya jika kita duduk didalamnya, terutama di dekat jendela kacanya, kita bisa melihat keluar menatap 'manisnya' realita kehidupan sebenarnya: anak-anak jalanan yang menggantungkan hidupnya di perempatan, ibu-ibu tua pengemis yang duduk sambil menggendong bayi mereka mengharap belas kasihan dari pengunjung-pengunjung McDonalds, abang-abang pengayuh becak yang sepanjang hari sabar menunggu penumpang dan pedagang kaki lima yang berjejer-jejer di pinggir jalan...



Sampai suatu ketika saya pernah membaca tulisan tentang McDonald's ini...



Oke, saya ceritakan apa yang pernah dikatakan salah seorang eks-pekerja McD tentang bagaimana McD mendapatkan ayam-ayamnya.

Dia mengatakan kondisi peternakan McD sangat buruk, bahkan itu lebih mirip tempat penyiksaan ketimbang tempat peternakan. Ayam-ayam diletakkan di kandang yang sama sekali tidak layak disebut kandang. Sempit dan tak punya akses cahaya matahari. Tempat yang seperti itu menyebabkan ayam-ayam tersebut tidak dapat bergerak, bahkan untuk sekedar berdiri. Banyak di antara ayam-ayam tersebut yang patah tulang atau terluka, bahkan tidak sedikit juga yang mati. Sudah sejak kecil ayam-ayam itu disuntik obat anti-biotik dan obat-obatan yang akan membuat mereka cepat tumbuh besar. 44% ayam-ayam tersebut mengalami gangguan kesehatan akibat obat-obatan tersebut dan pengaruh kandangnya. Ayam-ayam yang mengalami hal ini akan dipisahkan dari ayam-ayam lainnya untuk dibantai secara kejam dengan gas beracun. Ayam-ayam yang terpilih, yang tidak cacat dan telah berumur 6-7 minggu kemudian dikirim ke tempat penjagalan. Sebaiknya jangan pernah membayangkan ayam-ayam tersebut dibunuh dengan baik-baik. Di tempat jagal, ayam-ayam itu digantung terbalik dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Kemudian ayam-ayam tersebut dicelupkan ke dalam air yang dialiri listrik. Banyak di antara ayam-ayam tersebut yang tidak mati namun begitu menderita akibat sengatan listrik. Barulah setelah itu ayam-ayam tersebut dipotong. Tapi itu bukan pemotongan yang sempurna, melainkan sembarang saja. Satu persen dari ayam-ayam tersebut masih tetap hidup setelah dipotong untuk kemudian dimasukkan ke dalam tangki daging. Ayam-ayam yang masih hidup tersebut memang akan mati, tapi itu adalah kematian yang perlahan dan sungguh menyiksa!

Benar-benar horor yang menakutkan bukan...



Dalam proses produksi itu, McD benar-benar telah melakukan eksploitasi tanpa batas terhadap Sumber Daya Alam yang kita miliki. Mungkin sebagian orang beranggapan... "Terus emangnya kenapa, itu kan cuma ayam !?" Memang itu cuma ayam, cuma seekor hewan yang biasa dijadikan sumber makanan bagi manusia, tapi apakah ayam tidak memiliki rasa sakit seperti manusia? Apakah ayam tidak merasa tersiksa karena ekspolitasi yang diperlakukan kepada mereka? Apakah mereka tidak berhak untuk hidup bebas dan berkeliaran? Ayam-ayam itu telah menderita untuk kita, dan apakah McD peduli dengan hal ini? Tentu saja tidak, korporasi mempunyai sifat dasar untuk tidak peduli kepada apapun kecuali kepada PROFIT/KEUNTUNGAN ! Jadi, ayam-ayam itu telah menderita demi keuntungan yang direguk oleh korporat internasional!



Oh jadi seperti itu ya... Ronald McDonalds, badut McD yang kelihatan lucu, ramah dan selalu tersenyum itu ternyata tidak selucu dan tidak seramah yang saya sangka.

Sampai sini, saya memutuskan untuk tidak lagi melangkahkan kaki ke McD !



(Sebuah pilihan dasar yang kamu semua juga punya, seperti kata Arundhati Roy, penulis dan aktivis India: untuk merubuhkan sistem kapitalisme global dan korporat-korporatnya yang merugikan, kamu hanya perlu menggunakan hak pilih kamu yang paling dasar, yaitu MEMILIH UNTUK TIDAK MEMBELI LAGI PRODUK-PRODUK KORPORASI INTERNASIONAL !)



Saya juga pernah membaca...

Pada tanggal 31 Maret 1998, digelar pengadilan untuk kasus tuntutan NUS (National United Student – organisasi pelajar di Inggris) kepada McD. Tuntutan NUS yaitu, McDonald's adalah praktek anti-perserikatan pekerja, pengeksploitasian pekerja yang berhubungan dengan pengrusakan lingkungan, kekejaman pada hewan dan promosi produksi-produksi makanan yang tidak sehat. Dan di akhir persidangan, majelis hakim memenangkan tuntutan NUS dan menyatakan bahwa McD bersalah dengan fakta-fakta berikut:

(1) McD mengeksploitasi anak-anak dalam iklan-iklannya

(2) McD bersalah atas kekejamannya terhadap hewan-hewan

(3) Perusahaan tersebut anti-perserikatan pekerja dan membayar pekerjanya di bawah standar

(4) McD bersalah atas penghancuran hutan hujan di negara-negara dunia ketiga

(5) Penyia-nyiaan, polusi, dan sampah dari sisa-sisa produk McD yang tidak bisa didaur ulang

(rilisan London Greenpeace, 14 April 1998)



Akhirnya sampai sini, saya lebih yakin untuk memutuskan tidak lagi melangkahkan kaki ke McD !

(Makan nasi pecel masih enak koq, ya gak...)



Dan siapakah yang tahu bagaimana McD memperlakukan sisa lebih stok makanan mereka setiap harinya?

McD memasukkan burger-burger, daging-daging, nasi dan stok makanan lainnya ke dalam karung dan kemudian menyiramnya dengan air agar makanan-makanan tersebut tidak berbentuk

lagi hingga tak dapat dimakan dan kemudian baru dibuang ke tempat sampah! Wah gila benerrr...

Sementara, kita tahu ini, semua orang tahu ini dan Tuhan juga tahu ini: di luar jendela kaca McD, di jalanan-jalanan, dimana anak-anak, gelandangan, pengemis dan jutaan rakyat miskin melilit menahan lapar perutnya setiap hari !

Tapi McD lebih memilih untuk memusnahkan kelebihan stok makanannya daripada membagi-bagikan stok lebih makanannya itu kepada mereka !



Dan inilah mitos yang perlu dikembangkan terhadap McD:

- Penyebab Kanker (McCancer) : merusak kesehatan karena setiap yang dijual di McD adalah hasil dari bahan pengawet dan bukan makanan segar

- Pembunuh (McMurder) : pembantai hewan-hewan hanya untuk menambah keuntungan

- Perusak (McDestructor) : menghabiskan hutan-hutan di negara-negara dunia ketiga untuk kepentingan peternakannya demi (lagi-lagi) menambah keuntungannya tanpa mempedulikan hak rakyat dan hak adat pada tanah untuk melanjutkan hidup

- Penyia-nyiaan Bahan (McWaste) : membuat produk yang tidak bisa di daur ulang

- Rakus (McGreedy) : mengeksploitasi tenaga kerjanya dengan waktu yang represif dan upah yang rendah



SEMUANYA ITU DEMI MENAMBAH KEUNTUNGAN !



Jadi... Ini semua berarti bahwa kunjungan kita ke McD adalah pernyataan dukungan terhadap sistem yang telah merusak dan menghancurkan planet bumi ini, yang telah menghancurkan kehidupan para petani dan kaum adat di dunia ketiga, yang telah memperbudak manusia lewat jam kerja yang panjang, tidak masuk akal dengan upah yang minimum, yang telah membuat nilai rupiah jatuh sedemikian rupa di hadapan dollar dan menyebabkan lumpuhnya perekonomian negara ini.



Dan untuk terakhir kalinya...

Kita bisa memilih seperti apa yang dianjurkan Arundhati Roy, MEMILIH UNTUK TIDAK LAGI MEMBELI PRODUK-PRODUK KORPORASI YANG KEJAM !



Dan tentu saja, di era globalisasi dan konsumerisme seperti saat ini (yang bahkan hanya untuk berlebaran, natal, imlek, dan ritual-ritual keagamaan lainnya, kita merasa harus berbelanja!), McD bukanlah satu-satunya produk korporasi yang harus kita tolak !



CARI, BUAT DAFTAR, dan STOP MEMBELINYA !

Jadi, Apa Yang Sedang Kita Lakukan?

"You know, happiness is in the doing, right, not in the... getting what you want"
(Jesse Wallace, tokoh film Before Sunset)


Seandainya kita tahu apa yang kita lakukan. Bukankah banyak di antara kita yang tak benar-benar tahu apa yang sesungguhnya tengah kita lakukan? Kita berbuat begini berbuat begitu sering tanpa kita tahu untuk apa atau mengapa? Yang lebih parah lagi, betapa sering kita melakukan sesuatu karena... orang lain melakukannya!

Banyak hal. Seakan-akan kita tak tahu apa yang sesungguhnya benar-benar ingin kita lakukan untuk diri kita sendiri, sebagai diri kita sendiri. Terkadang kita melakukannya hanya karena orang lain telah melakukannya, atau karena orang lain ingin kita melakukannya, situasi ingin kita melakukannya. Kita tak lagi tahu diri kita sendiri, apa keinginan kita dan siapa sesungguhnya kita. Jika sudah seperti itu, seberapa banyak kebahagiaan bisa kita raih?

Seorang teman saya yang sejak kecil ingin belajar menari balet tidak pernah bisa melakukannya keinginannya itu karena orangtuanya tak mengizinkan. Seorang teman lagi yang pandai memintal, malah dihardik orangtuanya dengan kalimat, "Kamu disekolahkan bukan untuk jadi penjahit!" Seorang teman lagi menjadi pengikut tren habis-habisan karena, kata dia, "Ya, namanya juga anak muda!" Lalu ada pula yang setengah mati diet karena merasa bahwa yang ideal adalah yang seperti bintang iklan. Ada yang bolak-balik ke salon meniru artis ini atau artis itu.

Semuanya menjadi serba seragam, kita kehilangan keunikan kita. Seolah-olah ada begitu banyak komando yang datang dari luar diri kita untuk kita turuti. Tak lagi bebas mengekspresikan diri kita hanya sebagai diri kita sendiri, kita seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Tak lebih dari sekadar 'pengikut (follower)'. Lucunya, terkadang kita bisa merasa bahagia.

Ah, seandainya kita tahu apa yang sedang kita lakukan....


"Kita lahir bukan untuk dibodohi, Kita lahir bukan seperti domba yang bisa dikebiri,
tapi Kita lahir untuk memilih menjadi diri Kita sendiri"

Bunuh TV-Mu, Hidupi Hidup-Mu !!!



PENDAHULUAN



Agaknya betul kata Marshall McLuhan bahwa televisi hanya membawa kebrutalan perang ke dalam ruang keluarga yang nyaman. Vietnam, menurut McLuhan, takluk dalam ruang-ruang keluarga Amerika, bukan di medan perang.



Jika seperti itu, kini, siapa yang berani melawan kekuatan televisi? Dengan kehadirannya yang begitu masif dan sesnsaional di tengah ruang keluarga, rasanya sulit mencegah hegemoni televisi terhadap kehidupan kita. Dibandingkan media lain, seperti buku, televisi merupakan suatu hiburan yang paling diminati oleh masyarakat. Walaupun harganya tidak bisa dibilang murah, tapi adalah suatu keharusan bagi setiap keluarga untuk setidaknya punya satu pesawat TV di ruang tamu mereka. Televisi tidak hanya hadir untuk keluarga berada, tapi ia juga mampu memberi hiburan sampai ke pelosok desa.



Dalam sebuah penelitian, menunjukkan bahwa televisi memiliki daya penetrasi jauh lebih besar daripada media informasi lainnya. Penetrasi televisi mencapai 90,7 persen, bandingkan dengan radio (39%), surat kabar (29,8%), majalah (22,4%), dan internet (8,8%).

Nielsen Media Research (2004)



Di Indonesia sendiri, perkembangan awal dari media televisi adalah sekitar tahun 1960-an. Soekarno tidak ingin negaranya dibilang ketinggalan jaman oleh negara lain. Oleh karena itu, selain membangun Monas dan Hotel Indonesia, televisi adalah salah satu monumen yang diperjuangkan oleh Soekarno.



Setelah Soeharto berkuasa, fungsi dari televisi digunakan bukan sebagai media massa, tapi sebagai media pemerintah seperti memberitakan berita ataupun propaganda. Dia ada untuk pemerintah dan dia melayani pemerintah. Masyarakat dibuat bodoh, karena setiap orang hanya cukup duduk diam, lihat dan dengar.



Sejak saat itu, lebih dari 70% uang yang beredar, berada pada keluarga orang-orang Soeharto saja. Maka pada awal tahun 1990-an, muncullah lebih banyak lagi media-media swasta. Bukan karena masyarakat butuh media baru, tapi karena kelebihan uang, sejak yang mempunyai saham atas perusahan-perusahaan TV swasta adalah orang orang dari "golongan terpilih" Soeharto.



APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA?



Disini, televisi menjadi sebuah episode baru dari sebuah kehancuran. Karena setelah masyarakat dibuat bodoh, generasi-generasi baru dibuat menjadi konsumtif. Sampai sekarangpun televisi belum mampu memberikan informasi yang benar-benar layak di konsumsi (kalaupun ada itupun jumlahnya sedikit sekali). Setelah kejatuhan Orde Baru, media televisi menjadi lahan bisnis yang empuk untuk para konglomerat-konglomerat yang juga ingin bermain didalamnya. Sehingga tujuan dari televisi, bukan lagi sebagai media informasi, tapi hanya sebagai media eksploitasi untuk mengeruk keuntungan.



Membiarkan media televisi melenggang begitu saja adalah tindakan bodoh. Pasalnya, di setiap waktu, televisi selalu melancarkan teror (mental dan perilaku) kepada masyarakat. Ada berbagai permasalahan yang serius berkenaan dengan media televisi. Apalagi, ketika kita mengetahui bahwa media ini lebih banyak diserap masyarakat menengah ke bawah. Pasalnya, kelompok masyarakat ini cenderung tidak kritis dan menelan mentah-mentah semua yang ditampilkan di televisi. Artinya, meskipun program stasiun TV nihil tanggung jawab, masyarakat akan tetap menerimanya.



Di sinilah teror media televisi bekerja. Caranya dengan mengeksploitasi semua keinginan masyarakat, perusahaan-perusahaan TV mulai berlomba-lomba menciptakan program-program yang memuaskan keinginan dan mewujudkan 'mimpi' masyarakat. Sehingga, televisi hanya akan menjadi pelayan yang mengilusi dan meninabobokan, tetapi tidak mempunyai daya untuk membangun masyarakat. Dan pada akhirnya peran televisi adalah 'menjual bukan memberi'.



Dari segi bahasa saja bisa kita lihat terornya. Pemakaian bahasa gaul dan populer ala Jakarta, seperti lo-gue dan so what gitu loh, akhirnya merambah sampai ke Aceh, Manado, bahkan Papua. Juga soal gaya hidup remaja Jakarta yang ditiru remaja-remaja di daerah terpencil. Budaya imitatif ini tumbuh marak sebagai konsekuensi logis dari pesona superfisial yang ditampilkan media televisi.



Gejala peniruan atas apa yang ditampilkan di televisi, pada gilirannya akan mendorong tumbuh-suburnya budaya pop (pop culture) yang rendahan, yang dikangkangi oleh kekuatan kapitalis/modal. Rekayasa sosial (social engineering) terjadi bukan karena kesadaran masyarakat untuk pengembangan, melainkan terjadi karena hegemoni kekuatan modal yang membentuk masyarakat semakin tergantung (dependent) pada media televisi.



Logika komersial membuat berbagai program acara televisi menjadi seragam bentuknya. Ketika suatu program menjadi laris-manis maka program-program serupa juga semakin bermunculan. Persis sebagaimana kita berada di tengah pasar malam, semua stasiun televisi menayangkan kegemerlapan, pesona fisik, dan hal-hal lain yang superfisial. Di balik kegemerlapan, ke-glamouran dan hal-hal superfisial itulah, dipropagandakan keasyikan terhadap hal-hal yang berada di luar kesadaran diri. Kemudian muncul kekaguman dan kebahagiaan di luar batas, sehingga memicu kegandrungan untuk terus mengkonsumsi, untuk terus hidup dalam gaya modern dan kemewahan.



Akibatnya, kepribadian yang kemudian menonjol adalah individualisme. Nilai-nilai moralitas, sosial-kemasyarakatan, mulai terpinggirkan oleh hal-hal yang superfisial, seperti materi dan jabatan.






"Jika ingin menjadi manusia baru, manusia yang sadar diri, maka beranilah untuk: Matikan TV-mu! Ataupun jika anda belum berani seperti itu, maka mulailah dari sekarang untuk: Matikan Otak-mu dari Pengaruh Buruk Propaganda Media TV!"

Penghancuran Nurani

Bersifat destruktif bukan produktif
Kita selalu terlihat ingin menghancurkan
Ketika kesempatan muncul
Kita selalu ingin lebih dan mengambil alih semuanya
Tidak pernah ada kata cukup

Ambisi kita layaknya obor
Yang siap membakar semuanya
Akan tiba saatnya
Ketika semua akan dibumihanguskan

Suara hati kemanusiaan
Apakah tentang ketamakan dan kebencian?
Takdir hidup kemanusiaan
Apakah tentang penindasan dan penderitaan?

(Malang, 28 Okt '07)

Menjilat Neraka, Meludahi Surga

Murka parang yang terus mengkilat
Mencabik & membasahi raga bernyawa
Dengan darah yang penuh dosa
Selamanya terlelap & takkan pernah lelah

Tiap detik malam yang kulalui
Dijarah & diperkosa oleh keparat duniawi
Bunga tidurku yang selalu kelam
Semakin gelap oleh nyanyian dendam

Sakit ini yang terus berkarat
Menggerogoti otak dengan pikiran laknat
Mengotori jantungku membelah nafasku
Bagaikan setan yang terbelenggu

Menjilat neraka, meludahi surga
Iblis-iblis pun ikut tertawa
Tergoda untuk menyeretku bersama mereka
Dan akupun hancur lenyap tak tersisa

Wahai malaikat tunjukkan cahaya
Wahai Tuhan maaf ku tak berdaya

(Malang, 17 Des '07)

Kenapa?

Kenapa darah itu merah?
Kenapa bukan putih, hitam, biru, hijau atau yang lainnya

Kenapa bukan bulan dan bintang saja yang menjemput pagi?
Biar matahari yang menyapa malam

Kenapa iblis dan setan itu ada?
Kenapa Tuhan tidak melenyapkan saja mereka
Biar dunia ini terasa lebih indah

Kenapa ada si miskin & si kaya?
Kenapa tidak semuanya sederajat dan setara

Kenapa bisa begini?
Kenapa bisa begitu?
Banyak hal yang mengundang tanya
Namun tak satu pun kata yang mampu menjawab

Aku bingung...
Pada semua pertanyaan
Aku takut...
Pada semua jawaban
Karena realita sering berkata,
"Tidak semua yang kamu dengar itu benar"
Tapi kenapa ?

Ah...
Kalau begini lebih baik aku diam saja

(Gresik, 11 Nov '07)

Apakah Aku Diciptakan Hanya Untuk Mati?

Seonggok embrio tak berdaya
Boneka Tuhan hasil karya sempurna
Robot mainan eksistensi Sang Pencipta
Menanti giliran dilempar ke dunia

Darah yang mengalir atas nama cinta
Dilengkapi profan yang maha dahsyat
Terlahir dari lubang vagina yang merekah
Diiringi jerit perih menyayat hati
Dan terciptalah manusia tak berharga
Isak tangis tak berdosa
Rengekan dan ratapan suci
Memecah suasana malam tanpa kebisingan
Terdiam tergolek diatas raga dan nyawa

Embrio itu kini sudah bertransisi
Bertransformasi dengan hati nurani
Terombang-ambing oleh paradigma duniawi
Mengadili persepsi dan bermain Tuhan
Kebencian, kemarahan dan ketidakpuasan
Menjelma menjadi nafsu perlawanan
Teriakan resistensi ketika kebebasan terancam dari jiiwa
Konsistensi penolakan atas kebusukan dunia

Tapi ketika saatnya telah tiba
Arwah ini akan kembali kepada Sang Penguasa
Menunggu untuk diadili
Dihadapan para setan dan malaikat
Yang menyajikan retorika surga dan neraka...

(Malang, 19 Nov' 07)

Kalambarzah

Dihajar...
Dipukul...
Dihempas...
Hingga akhirnya diberangus sampai tak bersisa

Ya...
Itulah waktu
Yang mungkin tak dapat ku elak

Waktu akan membunuhku
Waktu pula yang akan membawaku
Pada sebuah 'waktu'
Dimana ku dan Dia bertemu
Memberiku sejuta pertanyaan
Dihadapan para profan yang menunggu giliran
Ku berdiri, berdiskusi, tanpa mampu memberi
Tameng-tameng argumentasi

Ya...
Hanya kusendiri...
Telanjang tak terlindungi
Tanpa segelas kopi panas Indocafe
Tanpa sekaleng biskuit Regal
Tanpa kaos Proshop dan 347
Tanpa All Star
Tanpa pemikiran konsumtif yang didunia berakar...

Setelah itu kan kuterima
Lembaran-lembaran yang bukan newsletter
Tulisan-tulisan yang bukan tagging-tagging grafitty tembok kotaku
Untaian kalam-kalam yang dibungkus rapi layak pusaka warisan
Dalam sebuah buku hitam...

Oh, betapa ku akan tertawa
Ketika kau, aku, dan kalian
Berdiri berhadapan di sebuah titian
Titian jalan dimana kita kan menjadi kawan
Untuk lebih radikal, melampaui bapuknya
Retorika punk, hardcore, anarkisme, dan kolektif perlawanan
Untuk sekiranya kita bisa bertukar pikiran
Dalam mengorganisir para setan

Di neraka...
Dengan kaki, tangan, mulut terkunci
Masih bisa kaulihat keras tawaku
Dengan nanah, darah, dan keringat
Masih ingin kudengar kata-kata mu
Yang kau umpat kepada mereka
Para fasis bertopeng agama
Yang kini bisa leha-leha masuk Surga
Merasakan akomodasi kelas V.V.I.P
Lengkap dengan AC, TV, dan kamar mandi
Dan betapa asiknya menikmati
Tampon striptease para bidadari

Dan kita masih berdiri...
Di neraka ini...
Untuk merekonstruksi...
Propaganda hari ini...

Air Mataku Bukan Untuk Negeriku

Ku menangis dan ku menitikkan air mata
Tapi...
Air mataku bukan untuk negeriku
Kuteteskan dan kupersembahkan
Buat ibu tua si penjual sayuran
Yang tiap pagi berjalan tanpa alas kaki
Mengelilingi kompleks-kompleks megah perumahan
Membiarkan telapak kakinya tertikam kerikil
Dan merelakan kulitnya tersengat mentari

Aku menangis untuk telapak kakinya
Yang telanjang dan kasar tergores kerasnya jalanan
Karena disana penguasa negeriku
Berjalan dengan angkuh
Memamerkan sepatunya yang berkilat dan bermerek

Aku bersedih untuk pakaian usangnya
Yang kumal dan tua terkikis ganasnya debu kemiskinan
Karena disana penguasa negeriku
Berseliweran kesana-kemari
Bangga dengan jas dan dasinya yang dibeli di luar negri

Aku berduka untuk kerut wajahnya
Yang mulai digerogoti kejamnya roh kemiskinan
Karena dalam istana negeriku
Aroma parfum mahal saling berlomba
Berbagai kosmetik dilelang
Perang merek menjadi rutinitas sehari-hari

Sekali lagi...
Air mataku bukan untuk negeriku
Monster-monster berdasi itu telah menyihirnya
Menjadi sangkar serigala dan babi serakah
Meski kini usianya beranjak tua
Tapi negeriku juga semakin tergadai
Ia menjadi rebutan dalam bursa kuasa
Menjadikan pemimpinku tak berdaya
Layaknya boneka pajangan etalase kapitalis

Dan untuk sekali lagi...
Air mataku bukan untuk negeriku
Meski aku tahu ia sekarang diuji
Sebab air mataku telah terkuras
Untuk memandikan jenazah si miskin
Yang menggadai nyawanya hanya untuk makan
Air mataku pun sudah mengering
Untuk saudara-saudaraku di Papua
Busung lapar di kerajaannya sendiri
Yang terisolasi karena hartanya dirampas
Oleh korporasi keparat yang tak tahu terima kasih

Dan untuk terakhir kalinya...
Titik-titik air mataku yang masih tersisa ini
Sekali lagi bukan untuk negeriku !
Tapi akan kutampung dalam gelas
Untuk memberi minum adik-adik kecilku
Yang beradu nyawa diperempatan jalan
Dan menggantungkan hidupnya
Pada ecek-ecek usang dan tutup botol berkayu
Serta kantong plastik bekas gorengan
Sebagian lagi akan kugunakan air mataku ini
Untuk membersihkan tubuh saudara-saudaraku
Yang terguyur pekatnya lumpur panas
Oleh mesin-mesin pemangsa alamku
Untuk melahirkan semburan uang

Dan akhirnya...
Tak ada lagi air mataku yang tersisa
Untuk kupakai meratapi negeriku
Karena aku sudah terlalu lama menunggu
Tetapi bukti dan janji tak kunjung tiba

Di hari lahirmu ini...
Ingin rasanya kuciumi telapak 'sang nahkoda' negeri ini
Tapi aku menjadi malas kembali
Karena telapaknya begitu halus tak berkerut
Dan kukunya pun begitu licin
Sementara si ibu tua penjual sayuran
Telapaknya mengelupas, kotor dan kasar
Kuku-kukunya pun hitam tak terawat
Karena setiap hari harus berjalan puluhan kilo
Bersama gerobak tua dan ember-ember usangnya
Tapi dalam hati kecilku ini berteriak
Nuraniku pun ikut berbisik
"Hey, ciumlah telapak itu dan menangislah untuknya !"

(Gresik, 17 Agt ’07)

A K U . . . (bukan karya Chairil Anwar)

" AKU bukanlah SELEBRITI atau IDOLA yang menjual
mimpi-mimpi pada para penonton tivi "

" AKU bukanlah POLITIKUS yang korup dan
doyan ngomong tapi nyatanya banyak omong kosong "

" AKU bukanlah PENEGAK HUKUM yang nyatanya
juga melanggar hukum dan selalu mencari untung "

" AKU bukanlah KONGLOMERAT yang selalu sarapan
uang tanpa menghiraukan kaum miskin "

" AKU bukanlah PEJABAT yang punya pangkat dan
kekuasaan tapi berbuat seenaknya sendiri "

" Tapi AKU juga bukanlah SANG TUHAN yang narsis, fasis,
sok berkuasa, sok sempurna dan sok Maha Segala2Nya "

AKU hanyalah MANUSIA JALANAN tanpa arti yang dipandang
sebelah mata dan dianggap SAMPAH
Kalo kau cari teman yang sempurna jangan kau cari AKU karena
'AKU TIDAK SEMPURNA'
Kalo kau ingin mencintaiku, cintailah
'AKU APA ADANYA'
Jangan kau minta apa-apa dariku, karena
'AKU TIDAK PUNYA APA-APA'
Lebih baik jangan kau banyak tanya tentang AKU karena
'AKU BUKAN SIAPA-SIAPA'

Inilah AKU...
TIDAK SEMPURNA
APA ADANYA
TIDAK PUNYA APA-APA
dan AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

Yang penting, AKU ADALAH AKU dan untuk selamanya
AKU TETAPLAH AKU...!

(Gresik, 21 Jan 07)

Tuhan Telah Mati ?!

Saat sebuah dialog mengarah pada kebenaran sebagai sebuah nilai yang kita butuhkan,
maka kita juga harus memberi nilai pada kebenaran
Kebenaran adalah menjadi benar bagi sebuah nilai dan menghubungkan hidup seseorang dengan hidup orang lainnya

Kita telah membunuh Tuhan...
Adalah bagaimana kita menggunakan simbol-simbol religius yang sebenarnya tak kita yakini lagi
Dan saat kita tak yakin lagi pada simbol yang kita gunakan, simbol tersebut akan kehilangan arti dan kehilangan makna
Simbol tersebut menjadi sesuatu yang superfisial
Saat makna dari simbol tersebut mati, maka mati pulalah Tuhan besertanya
Tuhan menjadi sebuah simbol yang kita gunakan bagi alasan-alasan sosial ataupun politis, bukannya untuk tujuan-tujuan religius
Tuhan menjadi sebuah alat bagi yang berkuasa atau mengejar kekuasaan
Tuhan menjadi terinstitusikan
Ia menjadi sebuah lembaga agama, bukan keyakinan itu sendiri

Tanpa Tuhan, manusia akan kehilangan dukungan atas nilai-nilai absolut dan kebenaran abadi
Seluruh pandangan yang mempromosikan nilai-nilai tersebut selalu berdasarkan kepada eksistensi Tuhan

Kematian Tuhan adalah sesuatu yang menampilkan pertanyaan nihilistik bagi manusia modern
" Jika Tuhan mati, maka segalanya diijinkan atau dengan formulasi berbeda: Kalau Tuhan mati, maka tak ada yang dilarang "

Explanation :

Saat ini realita yang terjadi di dunia kita tercinta ini sudah semakin menggila
Sebagian manusianya sudah terkontaminasi oleh virus-virus kenikmatan duniawi
Moralitas bahkan menjadi suatu 'barang antik' di dunia ini
Kemanusiaan pun seakan-akan tidak menjadi perhatian utama lagi
Semuanya dilakukan hanya demi sebuah ambisi yang salah
Saling berperang satu sama lain atas nama Tuhan dan Agama
Saling membunuh sesama atas nama Tuhan dan Agama
Saling menindas sesama atas nama Tuhan dan Agama

Kenapa malah orang beragama yang berperang?
Kenapa malah orang beragama yang mengebom, menindas dan membenci sesamanya?
Lalu dimana keyakinan yang selama ini telah dianut dan dipercayai?
Dikemanakan Tuhan dan Agama itu?
Apakah mereka pikir Tuhan tidak marah atas perbuatan mereka itu?
Apakah semuanya hanyalah kedok dan topeng untuk pelegalan atas semua kelakuan manusia selama ini?
Apakah semua itu hanyalah sebuah simbol dan ritual belaka?
Ataukah semua itu hanyalah omong kosong dan keyakinan palsu?

Jadi menurut kamu...
Bagaimana dengan Tuhan yang ada dalam pikiranmu?
Apakah dia tetap eksis dan menjadi satu-satunya yang kamu percaya?
Ataukah dia hanyalah simbol-simbol yang hanya menaikkan derajat maupun penilaian sosial terhadap dirimu?

(Malang, 14 Maret '07)

Reinkarnasi Tuhan

Kelahiran Tuhan Baru, Menggantikan Dia Yang Telah Mati...
Peradaban manusia berkata dalam lembaran sejarah
Evolusi mana yang coba mendeskripsikan makna
Ketika topeng dasamuka melebur menjadi satu jiwa
Berdiri tegak menantang Tuhan-Nya tanpa rasa bersalah

Para manusia unggul warisan pengetahuan & budaya
Lulusan terbaik dalam rangka Orientasi Mahasiswa
Bertransformasi menjadi otak bergumpal darah
Tanpa isi tanpa nurani & tanpa jiwa hanya nafsu belaka
Siap membunuh jika pertandingan tak seperti rencana
Siap berperang jika papan skor tak sesuai selera
Cerminan kedangkalan moral manusia tak berakal

Datanglah era baru dimana semua berubah arah
Para iblis akhirnya berontak tak ingin diam saja
Turun & berdakwah kepada para sekutunya
Menggelar konferensi V.I.P bersama penguasa dunia

Akhirnya satu kesepakatan telah tercipta
Perjanjian Baru, Perjanjian Lama
Al Qur'an, Al Kitab dan kitab-kitab sejenis lainnya
Semua itu tak berlaku & seakan layak terbakar dalam sampah
Halal & haram hanyalah tinggal kata tanpa makna

Tuhan tak berhak lagi merasuk dalam jiwa
Musnahlah Dia terkubur dalam memori hampa
Tereduksi bagaikan debu pasir di Sahara
Mati dalam ingatan mati dalam jiwa

Akhirnya pemegang jabatan tertinggi atas dunia telah tiba
Raja tega baru yang dipilih langsung oleh para pendukung-Nya
Dialah reinkarnasi Tuhan yang telah mati
Yang terlupakan & dibinasakan oleh umat-Nya sendiri

Uang, Sang Maha Kuasa Atas Segalanya
Berdiri congkak diatas Singgasana-Nya
Dengan angkuhnya Dia berfirman kepada manusia
"...Hei manusia, bukalah mata kalian semua
Tuhan kalian hanya ada dalam dogma & khayalan
Sekarang Akulah Tuhan kalian, Akulah Tuhan kalian..."


Dan dunia baru telah tercipta dengan begitu sempurna
Bagaikan skenario cerita yang memikat begitu banyak mata
Inilah hasil karya para aristokrat yang setia pada Tuhan-Nya
Mereka yang takkan pernah merasakan vagina para bidadari surga

Sabda para budak iblis penghamba neraka
Mengekalkan apa yang diperintah oleh Tuhan-Nya
Dengan sumpah & janji setia mereka siap melaksanakan titah-Nya
Seribu pahala yang mereka kumpulkan
Akan ditukar dengan seribu nyawa yang terbinasa
Dan mereka hanya tertawa, hanya tertawa

Inilah yang terjadi dalam peradaban umat manusia
Terus saja berulang, bersambung & tak ada habisnya
Selalu muncul episode baru dengan cerita baru
Yang siap dirilis ke pasaran dihiasi wajah baru & aktor baru

Potret modernisasi yang tak jauh beda dengan jaman Jahiliyah
Ambisi nista dengan label penjajahan umat manusia
Konsumsi, konsumsi, konsumsi lalu mati
Pengharapan sia-sia atas nama kepuasan jiwa

Jutaan nyawa boleh dimangsa oleh sesama
Jutaan raga boleh menangis berteriak sumpah serapah
Tapi nyawa hanya tinggal nyawa
Sumpah hanya tinggal sumpah
Ini semua tak akan pernah ada tamatnya
Jika otak kita hanya disiapkan untuk dicuci oleh-Nya

(Gresik, 29 Jan '08 )

Menantang Realita, Mengadili Tuhan

Wahai Tuhan...
Katanya Engkaulah Sang Maha Tahu & Maha Berkata
Katanya Engkaulah Sang Penguasa Abadi Alam Jagad Raya

Sebagai seorang produser, sutradara sekaligus editor dunia
Lihatlah keadaan dunia yang kau ciptakan ini
Realita yang terjadi disini sungguh memilukan
Bahkan mungkin sudah melenceng jauh dari skenariomu
Ataukah jalan ceritanya memang seperti ini?

Manusia-manusia yang Kau lahirkan ke muka bumi ini
Penghuni dunia yang Kau rancang sedemikian sempurna
Ternyata bukanlah manusia yang mempunyai rasa manusiawi
Sebagian dari mereka, entah mayoritas atau minoritas
Telah terserang oleh virus kenikmatan duniawi
Layaknya kanker paru-paru yang sudah stadium IV

Wahai Tuhan...
Apakah Kau tahu?
Moralitas, akal bahkan nurani adalah 'barang langka' disini
Atau bisa dibilang 'barang mewah' yang sungguh selangit harganya
Kemanusiaan pun seakan-akan bukanlah prioritas utama lagi

Dan apakah Kau juga tahu?
Busuknya ambisi & obsesi para predator dunia
Semakin menambah penderitaan manusia ciptaan-Mu ini
Saling berperang satu sama lain atas nama-Mu
Saling membunuh sesama atas nama-Mu
Saling menindas sesama atas nama-Mu

Kenapa mereka yang mengaku menyembah-Mu
Kenapa mereka yang katanya adalah para penganut setia-Mu
Ternyata malah mereka yang berperang, mengebom, menindas & membenci sesama?
Kenapa Tuhan? Kenapa?

Apakah Kau tidak marah atas semua itu?
Melihat kenyataan bahwa Kau hanyalah simbol ritual belaka bagi mereka
Hanyalah sebagai status sosial yang mengangkat harga diri mereka
Apakah Kau tidak kesal atas semua itu?

Kekerasan & kejahatan, ketamakan & kebusukan
Muslihat & tipu daya, rekayasa & kebohongan
Bagaikan lembaran episode film yang tidak ada endingnya
Bersambung & terus saja bersambung
Apakah Kau tidak bosan dengan semua ini?

Kenapa semua ini? Kenapa Tuhan?
Apakah Kau memang tidak berperan dalam moralitas ruang publik?
Apakah memang benar bahwa Kau absen dalam perbuatan keseharian manusia?
Ataukah manusia yang kurang menghormati & menghargai-Mu?
Ataukah manusia yang kurang menyerap nilai-nilai moralitas sehingga absen

dalam perbuatan kesehariannya?

Wahai Tuhan...
Aku memang bukan sosok manusia yang suci & sempurna dihadapan-Mu
Aku juga bukanlah seorang hamba pengikut setia-Mu
Yang selalu patuh & tunduk kepada semua perintah-Mu
Aku hanyalah manusia yang kurang bersyukur dihadapan-Mu
Aku hanyalah ciptaan-Mu yang hanya bisa minta & terus meminta
Mungkin aku juga bukan manusia yang layak
Untuk Kau masukkan dalam daftar penghuni Surga-Mu
Terlalu banyak dosa yang mengalir dalam darahku

Tapi jikapun Kau lemparkan aku ke dalam Neraka-Mu
Lemparkanlah aku kesana bersama mereka-mereka
Para keparat dunia yang selalu membuat saudara-saudaraku marah & menderita
Agar aku bisa tertawa mendengar jeritan & tangisan mereka
Agar aku bisa bahagia melihat penderitaan mereka
Penderitaan yang tak pernah mereka rasakan didunia

(Gresik, 29 Des '07)

Prajurit Pembela Tuhan

Wahai engkau
Prajurit Pembela Tuhan...

Atas nama surga & neraka yang kau impikan
Atas nama institusi agama yang kau banggakan
Atas nama Nabi-mu yang kau istimewakan
Atas nama kitab sucimu yang kau gadaikan
Atas nama otoritasmu yang kau halalkan
Atas nama pahala yang kau idamkan
Dan atas nama Tuhan
Kaupun mulai berlagak seperti Tuhan

Kau musnahkan semua keyakinan yang tak sejalan
Kau bakar setiap ide yang tak layak untuk kau dengar
Kau perkosa setiap pemikiran yang kau haramkan
Kau teriakkan kata 'kafir' kepada semua yang tidak sepaham
Kau adili manusia didunia dengan rasa bangga
Kau cuci otak para pengikutmu tanpa rasa bersalah
Kau tukar nyawa demi tiket masuk surga
Kau pikir kau siapa?

Wahai engkau
Prajurit Pembela Tuhan...

Apakah Tuhan ingin kaumiliki sendiri?
Apakah kau ingin mewarisi tahta kerajaan Tuhan?
Apakah kau adalah utusan resmi Tuhan?

Kau pikir kau siapa?
Ataukah kau anggap dirimu itu Tuhan...

(Gresik, 10 Feb '08)

System Error, Human Terror

New era have been created
When our world start lifeless
Increase human being, increasing distress
Progress of technology become useless

Recent product of this century
Human capital without real life
No more soul working
No more brain thinking
Consumption become dead price
Setled condition become the target of life

System error, human terror
All this will not desist
This is our world portraits today
There's no future, no hope and no expectation
If us only sitting to be kept quiet and stay

(Gresik, 21 Feb '08)

Resistance Of Hope

Corporations take over our life's
There is no prices of humanity
Only measured with money and advantages
Doctrine slavery of killing machine
They have sold our soul

Our government converse ahead of us
About prosperity and justice
But what was created?
No more freedom in ourself
Grind and obsessive of human races

No more word surrender
This is the time for us to change
For ourselves
For all of us
And for the worlds

There's only one resistance
Kick off & destroy the oppressor !

(Gresik, 20 Feb' 08)

Strike The Separation

We change the life
Erase separation between us
Just by unite and stand to fight
To feel the days with beautiful night

Strike the separation
Between us
To fight in our life
No scene that is dominated by those
Who force the kids to have same attitude
We life together in community
There is should be no rules
Fuck separation
Let’s make network together
To stand the resistance
Small communities
Spread in everywhere

Either punk or hardcore feel the oppression
Neither art nor literature express freely
Kick the invisible rules in scene
No standard
Fuck homogeny people
Make free creation
Unite and fight together

Get life for freedom
We search for answer

Murder By The System

Equal rights and justice
A dream we must make true
Without a ruling nation
Free of racist fools

Let nature make the boundaries
Not power drunken scum
Who kill for greed and profit

Our lives ruled by their guns
How many lives today will the system take away?
In the name of their bloodlust and power hungry ways

If you're looking for the truth
All you'll find is lies
Another cover up
Another rebel crucified
He questioned their authority
They stole away his life
Riddled full of bullets
For opening people's eyes

Here comes the final plan
Another rebel dies so their shit-system can survive
They stop the people's rise by feeding them more lies
Another sacrifice so their shit-system shall survive
They blind the people's eyes with their politricks and lies
Another rebel dies so their hatred will survive
They shut the people's cries with murder and with lies

(Malang, 26 Feb '08)

Money, Money, Money

Looked at to this world
Everyday, every time, every hour, every minute...

We know that...
Money is THE CHOICE
Money is THE KING
Money is THE GOD

And where the human is being to capitalism victims
GOSPEL and GLORY...?
RICH and AUTHORITY...?
Is it very important...?

They never think how about this earth,
nature ecosystem, humanism and animal rights
VIOLENCE, CORRUPTION, DISCRIMINATION
and EXPLOITATION is never STOP !
They just thinking about profit, money, money &
always money...

Where's your heart ?
Where's your soul ?
Where's your brain ?
Aaah shit... Fuck U bastard capitalists!

(Malang, 5 April '07)

Freedom & Equality

Today human being dream
Where will be created
World without distress
Stand at bay and endless

Today human being stand up
To struggle without fear
One soul, one resistance
To refuse people injustice

Today human being sing
About future and association
This is a period to change
No border, no nations

Today we promise...
That this is the moment
The day of freedom and equality

(Gresik, 21 Feb '08)

My Love Was Die...

Mungkin kau hanyalah bunga tidur dalam mimpiku
Yang tidak akan pernah berubah menjadi kenyataan
Apakah kau terlalu baik bagiku?
Apakah kau terlalu tinggi bagiku?
Atau apakah kau terlalu sempurna bagiku?
Aku tidak tahu, semuanya serba tak jelas & membayangiku
Tapi yang pasti aku & kamu sangatlah berbeda
Dan mulai hari ini kita tidak akan pernah bertemu lagi
Karena sesungguhnya cinta ini telah mati!

Goodbye My Love, Goodbye My Soul
Don’t fly away with our story
Forget & burn our memories from your mind

Takdirku bukan berpacu diatas lembaran karpet merah
Dimana aku akan dikenang sebagai sosok terhormat & populer
Tempatku bukan diatas lantai dansa nan mewah
Dimana aku akan dikelilingi oleh para manusia bermuka dua
Melainkan bergerak & merangkak di dunia bawah tanah nan busuk

Sang penguasa telah datang kepadaku, menjemput & membawaku ke dunia yang berbeda denganmu
Suatu alam nyata dimana tidak ada lagi kenikmatan duniawi
Melainkan pemikiran radikal yang dilahirkan oleh ketidakpuasan, kemarahan & kemuakan

Propaganda romantisme yang kucipta telah runtuh & hancur lebur
Rezim & tirani hati dengan tangan besi yang kumiliki telah mundur tak berdaya
Dan takkan pernah ada lagi untuk menjajah hidupmu

Dibawah dunia alam sadarku
Dibawah pengaruh kentalnya campuran alkohol yang kutenggak
Diatas pemikiran bebas nan progresif yang ada diotakku
Akan segera kulepaskan & kuteriakkan kata TIDAK!

Dan tak lama lagi aku akan terhempas ditelan oleh waktu
Dimana suatu saat aku akan terlupakan & termarjinalkan dalam ketidakpedulian

Lebih baik kukubur mimpi lama yang telah kurangkai ini
Mungkin akan kususun lagi sebuah mimpi baru yang setara denganku secara nyata
Dan bukan seperti dirimu yang terlanjur kuanggap sempurna & layak menjadi mahkotaku

(Gresik, 25 Des '07)

Memoar

Gresik 15 Mei '05...

Malam ini...
Ku teringat semuanya
Tentang kenangan yang pernah ada
Sebuah masa lalu, antara kau dan aku
Bermain dan tertawa bersama

Ketika akhirnya...
Kau pilih jalanmu
Sendiri kau melangkah tanpa kutemani
Lalui hidupmu dengan candu itu

Dan ku tak percaya...
Semakin jauh kau tenggelam
Akan sebuah kenikmatan
Yang sebenarnya tak perlu kau rasakan

Dalam mimpi pun
Sulit rasanya kuhapus semuanya
Terlalu berharga kau buatku
Sampai hari inipun
Ku tetap tak bisa menerimanya

Dan akhirnya hari itu datang juga...
Kau lepas semua atributmu
Jiwamu pun tak berdaya untuk menopangmu
Terlelap selamanya dalam tidurmu


" Persembahan buat seorang teman, seorang sahabat & seorang kakak yang
pernah ada untuk menemani dan mengisi hariku.
Tetaplah tertawa dalam tangismu, selamat jalan kawan, selamanya kau takkan terlupakan..."

In Memoriam...
(Alex Prasetya, 1985-2005)

I'm Sick Of You...

Ingin rasanya ku mati bersama cintanya
Atau lebih baik ia mati membawa cintaku
Setelah meminum racun yang kubuat
Dan ia nikmati sebelum kematian datang padanya terlalu cepat

Ingin rasanya kubunuh keinginan ku untuk hidup bersamanya
Atau lebih baik keinginan itu kujadikan hasrat untuk membunuh
Setiap impian, kenangan, dan masa lalu yang memuakkan
Dan saat-saat indah yang artifisial, sedemikian munafik...
sedemikian bodoh...

Ku disisimu dengan senyum saat matamu membelalak tajam
Ku hadapi dengan cinta yang sesungguhnya saat lidahmu mulai menjulur kaku
Ya... Biarkan racun itu bekerja wahai sayang...

Setelah darah yang mengalir dalam tubuhmu itu mengering
Maka kan ku peluk dan kubuai tubuhmu dengan damai
Dipelukanku hingga malam datang lagi...
Dan belati yang ku genggam, sekiranya kan bertengger dengan tenang pada tubuhku

Pada saat itu..
Kau masih terbujur dipelukanku
Dengan bola mata yang masih terbuka
Dan aku baru saja mulai mencintaimu...

Akuntan Cinta

Engkau adalah kekasihku,..
Debetlah cintaku di Neraca hatimu
Kan ku Jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Engkau Permaisuri Hatiku...
Jadikan aku Obligasi cintamu
Kan ku Posting kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran Portofolio hatiku

Wahai engkau pengobat rinduku...
Hanya engkaulah Budget hatiku
Inventaris cintaku nan syahdu
Buku Besarku yg tak lekang dimakan waktu

Wahai engkau bidadariku...
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah Neraca Saldo kita
Yang membalut Laporan Laba Rugi kita
Dan cerahkan Laporan Arus Kas kita selamanya

Bila masa jatuh tempo telah tiba...
Jangan kau Retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Buku Besar asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Pasiva

Dan jika di Auditing nanti...
Tida ada kecocokan Saldo antara kita
Mungkin cinta kita harus di Jurnal Balik

(Malang, 20 Des '06)

Especially For You

When I listen the music
I always remember you
For me...
You're the music of my heart
Your name sounds soft in my ear
Like a music...
You're my world
You're my sound
You're my life & for me...

YOU'RE THE MUSIC OF MY LOVE

(Malang, 16 Okt '07)

2/09/2008

Tanpa Darah & Senjata

Muak... Bosan...
Kulihat di media-media
Lagi-lagi nyawa menjadi
Onggokan daging tanpa harga

Resah... Gelisah...
Kulihat jauh di sana
Saudara-saudaraku menjadi tak berdaya
Walau hanya untuk duduk bersama
Bergurau dan tertawa

Perih... Merintih...
Ku terpana melihatnya
Seakan mereka semua hanyalah boneka
Yang bisa dimainkan kapan saja

Kapan...
Kapan dunia ini akan tertawa
Kapan perang ini akan sirna
Kapan bumi kita bisa gembira
Melihat rakyatnya hidup mesra
Tanpa darah dan senjata...

(Gresik, 19 Jan '07)

Potret Dunia

Sistem korporasi Negara Amerika
Pengendali utama perekonomian dunia
Tukang ikut campur urusan negara orang
Pemangsa cerdik dibalik para pejabat inteleknya
Teror baru bagi negara dunia ketiga

Sang adidaya raja dunia
Potret kapitalis sejati abad ini
Tukang monopoli energi dan sumber daya
Embargo dipakai sebagai senjata utama
Ancaman bagi yang tidak mau kerjasama

Bertanya dan membantah itu terlarang
Mereka ingin kita patuh dan percaya
Seakan aksi mereka tidak ada yang salah
Kita harus selalu mendukung mereka
Jangan pernah mencoba untuk melawan
Nanti mati kau dibuatnya !

Ternyata....
Inilah potret dunia kita...
Tidak ada perubahan...
Tidak ada masa depan...
Kita akan kalah...

(Gresik, 11 Nov '07)

Neraka Hari Ini

Pagi ini...
Kubangun terlelap dari mimpi
Sambut sang pagi tuk mengisi hari
Termenung menanti sang mentari
Yang tak kunjung menampakkan diri

Dari sini...
Ditemani rintik-rintik hujan
Langit putih yang tertutup awan
Kupandangi suasana depan rumahku
Tampak disana tanah kuburan
Dihiasi sinisnya bermacam kembang tanaman

Saat ini...
Rasa malasku semakin menjadi
Dan ingin membawaku lagi mengarungi mimpi
Tapi aku masih ingin berdiri disini
Memandang pagi tanpa senyuman mentari
Karena aku takut semua ini akan mati
Disulap menjadi ngeri yang terus menyelimuti

Diwaktu yang cerah ku bisa mencari
Pohon-pohon melambai dengan rapi
Burung-burung bernyanyi dan menari
Yang selalu menghiasi indahnya sepi

Tapi kini...
Dari rumahku juga kelihatan
Corong-corong pabrik yang berdiri congkak
Menghitami putihnya angkasa
Dengan asapnya yang menggila

Pernah ada satu burung jatuh di halaman rumah
Dengan menangis dia berbisik padaku
Dia bercerita...
Kalau dia terkena radang paru-paru
Setelah melewati kawasan industri dekat rumahku
Esok harinya...
Sahabat sang burung datang membawa kabar
Kalau temannya yang sakit paru itu telah mati
Karena merasa terancam,
Burung-burung lainnya sepakat
Untuk membeli masker dari toko terdekat

Kemudian...
Rintik hujan berubah menjadi hujan deras
Lalu...
Kubuat secangir kopi
Dan akhirnya...
Aku tidak mau keluar rumah lagi

(Gresik, 19 Juli '07)

Kepada Dunia

Dunia ini...
Warisan nenek moyang kita
Semuanya hanya tinggal sejarah
Yang tersisa hanyalah lembaran cerita belaka

Kini kita hidup didunia yang sudah tidak indah lagi...

Dimana semuanya serba salah
Materi menjadi Tuhan yang berkuasa
Dikawal oleh malaikat-malaikat keparatnya
Yang dihiasi dengan kebusukan
Dengan otak penuh tipu daya & manipulasi

Penuh dengan ketakutan & kengerian
Diwarnai perang & teror disana-sini
Seakan kemanusiaan sudah tak berharga lagi

Kehancuran & kerusakan dimana-mana
Bencana alam pun jadi rutinitas tiap hari
Sepertinya alam ini sudah tak mau berkompromi
Mungkin mereka sudah marah, muak & kesal
Karena terus digerogoti & dieksploitasi

Apakah semuanya akan terus seperti ini?
Apakah kedamaian hanyalah mimpi?
Apakah tidak akan ada perubahan yang berarti?
Dan apakah derita ini tidak akan berhenti?

(Malang, 26 Nov’ 07)

Keadilan Cuma Khayalan

Jaring laba-laba politisi bajingan
Berkulit moral berlidah ular berbisa
Manipulasi demokrasi super imitasi
Siapa ngerti soal budaya korupsi?
Simbol negeri kami kampung pencuri

Lautan mimpi berbusa air liur setan
Jaman idealisme digoda senyum kepalsuan
Politisi korup, pemodal bajingan
Biang keroknya penderitaan
Dalangnya ada di belakang ide penindasan

Sandal jepit pun buatan pabrik para pemilik budak
Tertindas dalam realita perut yang lapar ganas
Kemiskinan itu adalah hasil dari “sebab-akibat”
Maka kehidupan seperti mati tak berani hidup pun takut

Nyanyian anak jalanan kota metropolitan
Menunggu Tuhan di perempatan jalan
Yang datang hanya segenggam bunga khayalan
Sihirnya kemiskinan melucuti ketakutan

Kata mereka...
Sekarang semua serba mahal boz!
Makan sekali puasa sehari
Siapa tau besok kami harus mencuri
Yang penting perut terisi
Daripada mati... Mau gimana lagi ?

Kalau semuanya seperti ini...
Siapa lagi yang masih percaya pada keadilan ?

(Gresik, 9 Nov ’07)

Bisakah Kita Hidup Tanpa Label ?

Kalau benci invasi Israel ke Palestina,
… di label ‘ANTI-SEMIT’

Kalau benci Kapitalis
… di label ‘SOK AKTIVIS’

Kalau benci Terrorist Muslim,
… di label ‘TIDAK TOLERANSI’

Kalau Anti UUD Pornography Pornoaksi,
… di label ‘KAFIR TANPA KEMALUAN’

Kalau benci FPI,
… dilabel ‘PENDOSA’

Kalau benci Bush dan Amerika,
… di label ‘TERORIS’

Kalau benci Aparat
… di label ‘PENJAHAT’

Kalau benci Osama Bin Laden,
… di label ‘ANTEK-ANTEK BUSH’

Kalau benci Pemerintah,
… di label ‘ANARKIS’

Kalau benci Tuhan,
… di label ‘KOMUNIS-ATHEIS’

Kalau benci Exxon, Freeport dan kroni-kroninya yang merusak,
… dilabel ‘PENGACAU’

Kalau benci ini…
Kalau benci itu…
Entahlah, harus di label apa lagi…

Bisakah kita hidup tanpa label ?
Bolehkah kita hidup tanpa label ?
Tak tahulah… Terserah apa kata mereka…

(Malang, 18 Sept ’07)

Hasil Karya Tuhan

Inilah dunia kita...
Dihiasi retorika minus keadilan
Kemiskinan, perselisihan & ketamakan
Inikah yang disebut dunia ciptaan Tuhan ?

Rasa sakit yang kita rasakan
Peperangan, penindasan & ketakutan
Bagaikan anak kecil yang merangkak
Dimana kematian tampak begitu dekat

Inikah yang diberikan oleh pemimpin dunia...
Diskriminasi, penyakit & kelaparan
Ketika mereka memegang kendali
Atas bangsa, negara juga dunia
Dinodai dengan kekerasan
Dihiasi berbagai manipulasi
Dimana keadilan hanyalah mimpi

Dan inilah dunia ciptaan Tuhan...
Sampai semuanya lenyap dan dihancurkan

(Malang, 23 Okt '07)

Apatis

Apa kamu terima begitu saja apa yang kamu dengar ?
Tahukah kamu tipu daya yang mereka tancapkan keotakmu
Itu semua karena mereka adalah pemimpin
Dan mereka lebih berkuasa daripada kamu

Apa kamu terima begitu saja apa yang kamu lihat ?
Tahukah kamu betapa busuknya mereka
Itu semua karena mereka adalah tukang rekayasa
Dan mereka lebih cerdik daripada kamu

Apa kamu terima begitu saja apa yang kamu rasakan ?
Tahukah kamu mereka mencoba mengendalikan dirimu
Itu semua karena mereka adalah raja
Dan mereka lebih kuat daripada kamu

Dan kaupun menjawab :
"Sudahlah… Tidak masalah kawan, ini sudah biasa terjadi.
Ini hanyalah hari yang lain dari biasanya. Mau gimana lagi...?"

Dan akhirnya aku menjawab :
"Baiklah kawan. Tidak masalah jika kamu percaya bahwa
tidak akan ada masa depan yang lebih baik lagi buatmu.
Terserah kalau memang kamu menerimanya begitu saja.
Karena ini semua memang sudah biasa di kehidupan kita..."


(Gresik, 1 Agt '07)

Binatang-Binatang Berakal

Negara tempat kita hidup mengenal 5 agama
Tapi nyatanya bangsa ini bangsa yang sakit
Dominasi para fasis bergerilya di realita
Bahkan keadaan tidak menjadi lebih baik
Tapi malah mengembangkan kekacauan yang terjadi

Lembaran sejarah semestinya berkembang
Tapi kehidupan disekelilingku hanya berulang
Ilmu pengetahuan seperti tak mampu berkata
Bagaikan sebuah teori kosong atau retorika belaka
Generasi yang tercipta hanyalah cetakan manusia tanpa moral dan akal

Inilah sosok peradaban modern masa kini
Terperangkap dalam moral pasar bersaing sempurna
Seks, kehidupan, agama bahkan Tuhan
Rela diperjualbelikan hanya demi sebuah kenikmatan
Seakan semua itu hanyalah barang dagangan

Konflik ideologi, perang antar golongan dan perebutan kekuasaan
Pendangkalan moral akibat iming-iming kemapanan
Kebodohan dan ketamakan para manusia setan
Kompetisi gengsi diantara binatang-binatang berakal
Dan mereka akan terus melahirkan korban.....

(Malang 14 Des ’07)