Dihajar...
Dipukul...
Dihempas...
Hingga akhirnya diberangus sampai tak bersisa
Ya...
Itulah waktu
Yang mungkin tak dapat ku elak
Waktu akan membunuhku
Waktu pula yang akan membawaku
Pada sebuah 'waktu'
Dimana ku dan Dia bertemu
Memberiku sejuta pertanyaan
Dihadapan para profan yang menunggu giliran
Ku berdiri, berdiskusi, tanpa mampu memberi
Tameng-tameng argumentasi
Ya...
Hanya kusendiri...
Telanjang tak terlindungi
Tanpa segelas kopi panas Indocafe
Tanpa sekaleng biskuit Regal
Tanpa kaos Proshop dan 347
Tanpa All Star
Tanpa pemikiran konsumtif yang didunia berakar...
Setelah itu kan kuterima
Lembaran-lembaran yang bukan newsletter
Tulisan-tulisan yang bukan tagging-tagging grafitty tembok kotaku
Untaian kalam-kalam yang dibungkus rapi layak pusaka warisan
Dalam sebuah buku hitam...
Oh, betapa ku akan tertawa
Ketika kau, aku, dan kalian
Berdiri berhadapan di sebuah titian
Titian jalan dimana kita kan menjadi kawan
Untuk lebih radikal, melampaui bapuknya
Retorika punk, hardcore, anarkisme, dan kolektif perlawanan
Untuk sekiranya kita bisa bertukar pikiran
Dalam mengorganisir para setan
Di neraka...
Dengan kaki, tangan, mulut terkunci
Masih bisa kaulihat keras tawaku
Dengan nanah, darah, dan keringat
Masih ingin kudengar kata-kata mu
Yang kau umpat kepada mereka
Para fasis bertopeng agama
Yang kini bisa leha-leha masuk Surga
Merasakan akomodasi kelas V.V.I.P
Lengkap dengan AC, TV, dan kamar mandi
Dan betapa asiknya menikmati
Tampon striptease para bidadari
Dan kita masih berdiri...
Di neraka ini...
Untuk merekonstruksi...
Propaganda hari ini...
2/27/2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment