3/25/2008

Shopaholic: Apa? Siapa? Bagaimana?



Apakah ‘Shopaholic’ Itu?





Beberapa tahun terakhir ini, shopaholic atau compulsive shopper telah menjadi perhatian berbagai program televisi dan majalah perempuan. Mereka juga telah menjadi topik perbincangan psikologi pop. Meski media massa menggunakan istilah dengan agak “serampangan”, sebenarnya seorang shopaholic sering merasa terasing, sangat ketakutan, dan kehilangan kendali diri.



Tidak diragukan lagi, kita hidup dalam masyarakat yang sangat “gemar belanja”. Kita hidup berdasar pada kekayaan yang kita miliki dan banyak dari kita hidup dalam belitan hutang. Banyak orang, berapapun penghasilannya, memandang belanja sebagai sebuah hobi. Mereka menghabiskan akhir pekan dengan berbelanja, menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak mereka miliki, dan sering menyesali perbuatannya di kemudian hari. Apakah ini menunjukkan bahwa mereka bermasalah? Belum tentu.



Seorang shopaholic belanja di luar kendali. Mereka akan terus-menerus belanja meskipun telah jauh terbenam dalam hutang. Mereka akan belanja saat tertekan secara emosional, dan menggunakan belanja sebagai mekanisme bertahan hidup. Mereka tidak berhenti belanja karena mereka sungguh-sungguh menemukan kenikmatan dalam belanja. Mereka membeli barang-barang karena mereka merasa HARUS. Seorang shopaholic adalah seseorang yang lepas kendali.



Apakah Anda Seorang ‘Shopaholic’?



Pikirkan pernyataan-pernyataan berikut ini dengan membubuhkan “Benar” atau “Salah” pada masing-masingnya.

Ketika saya merasa tertekan, biasanya saya belanja.

Saya menghabiskan banyak uang untuk barang yang tidak saya miliki namun tidak saya butuhkan.

Saya merasa gila saat saya berbelanja tapi setelah itu saya tidak terlalau peduli akan barang yang saya beli.

Saya memiliki banyak pakaian yang tidak pernah saya pakai dan sejumlah perkakas/alat yang tidak terhitung jumlahnya dan saya tidak pernah menggunakannya.

Saya sering merasa sembrono/gila-gilaan dan lepas kontrol ketika saya berbelanja.

Saya sering berbohong kepada teman-teman dan keluarga tentang uang yang saya habiskan.

Saya merasa sangat kacau dan terganggu dengan kebiasaan berbelanja yang saya lakukan

Setelah belanja gila-gilaan, saya kadang merasa hilang orientasi dan tertekan.

Sekalipun saya merasa sangat bingung tertang hutang-hutang saya, saya tetap berbelanja.

Kegiatan berbelanja saya bnayak disebakan masalah hubungan dengan diri sendiri atau pun dengan orang lain.



Apakah Anda menjawab “benar” sebanyak empat kali atau lebih dari pernyataan-pernyataan di atas? Jika ya, tampaknya Anda memiliki masalah yang serius dengan nafsu belanja.



Jika kebanyakan jawaban Anda atas pernyataan kuis ini “Benar”, mungkin Anda membutuhkan lebih dari sekedar tips-tips yang sifatnya ekonomis untuk mengendalikan pengeluaran Anda. Jika pola belanja Anda mulai mengganggu kehidupan Anda, pertimbangkan untuk mendatangi seorang psikolog. Dia akan membantu Anda untuk mencari tahu mengapa kebiasaan belanja Anda sangat sulit dikendalikan. Shopaholic biasanya digolongkan sebagai “penyimpangan obsesif-kompulsif” yang dapat disembuhkan dengan bantuan psikolog. Dengan kesabaran, ketekunan serta bantuan dari pihak professional, seorang shopaholic dapat kembali mengendalikan hidupnya.



Tips Agar Tidak Boros dan Terapi Sederhana Untuk ‘Shopaholic’



Biasakan untuk tidak membawa kartu kredit, buku cek dan kartu ATM sebelum Anda pergi belanja. Gunakanlah uang tunai.

Jika Anda tertarik untuk membeli sesuatu, jangan biarkan diri Anda mengikuti dorongan itu. Buatlah “batas waktu” untuk berpikir. Jika sampai beberapa hari kemudian Anda masih menginginkannya, mungkin kini Anda bisa mempertimbangkan untuk membelinya.

Buatlah anggaran di atas selembar kertas dan jangan membeli apapun di luar anggaran.

Tulis setiap kebutuhan yang harus dibeli selama dua minggu Ini akan membuat Anda tahu benar kemana perginya uang Anda.

No comments: