10/26/2008

Pusara Hati Untuk Sahabat

Tak ada lagi genjrengan gitar bolong
Yang tidak bercerita apapun tentang nada-nada

Tak ada lagi ocehan cempreng
Yang menemani tubuh-tubuh tumbang

Tak ada lagi nasehat yang sok tua
Tapi ah, nyatanya selalu tepat mengena

Kemana kau?
Pergi kemana kau?!


Menatap pusara yang dimakan panas
Kering, retak dan meninggalkan kenangan
Terdiam ku tak bergerak
Dan ah, akhirnya jatuh juga tangisan ini
Pada seutas ketegangan jiwa dan hasrat
Yang tergeletak diantara kebisingan melodia angkara

Sejenak meninggalkan ragu
Benarkah ini dirimu kawan!?
Bodoh, tentu saja!
Ah, semoga ini salah, semoga ini mimpi...

Tapi ternyata tidak!

Hening hingga ku beranjak
Tanah basah di areal sepi ini seakan ikut terbenam
Ke dalam nyanyian kelam yang mengiringi hari ini
Semua memori kita seakan tidak menyisakan apa-apa
Hilang lenyap tereduksi menjadi kalam doa
Yang masih berusaha kupanjatkan
Diantara kemarahan, penyesalan dan kesedihan ini

Maaf kawan, maaf!
Aku sama sekali tak menyaksikan itu
Gejolak pesakitan yang ternyata bersarang di tubuhmu
Maaf kawan, maaf!
Aku terlalu percaya pada keceriaanmu
Pada semangatmu yang menyala
Pada langkahmu yang begitu tak terbendung
Semua pesona itu begitu meyakinkan
Sampai ku tahu bahwa ku salah

Tapi kenapa?!
Kenapa kau diam saja!
Sekian lama kita terpisah
Dan pada akhirnya
Ah, akhir yang harus kuterima ini
Kenapa jalan ceritanya harus seperti ini?
Sekali lagi aku mengalami episode seperti ini
Kenapa mesti terulang kembali?
Tahukah kamu
Ini semua sangat menyesakkan!

Tapi setidaknya aku bisa belajar
Aku tahu, hari ini pasti menoreh luka
Bukan hanya untukku
Tapi juga lembar-lembar mimpi kita
Hancur, kita sama-sama terluka
Tapi inilah penghabisan
Yang tak mampu kutagih pada siapapun
Penghujung jalan ini
Harus terus kubangun kembali
Untuk menutup semua keresahan ini

Sahabatku...
Masihkah engkau percaya?
Tentang kisah kebesaran hati
Yang pernah kita genggam bersama
Bahwa hidup ini adalah arena pertarungan
Yang selalu menyisakan pilihan
Mati terlupakan atau dikenang karena kalah
Dan mana yang kau pilih?

Sahabatku...
Ini bukan ajang taruhan
Siapa mati lebih dulu, dia yang kalah
Bukan! Bukan seperti itu!
Skenario ini pasti kita jalani
Tak peduli aku ataupun kamu
Hari ini atau esok
Tak peduli kapanpun itu
Cerita ini pasti akan diakhiri
Semua ini pasti akan kita hadapi

Hingga kematian memisahkan kita
Maafkan aku sahabat...

Sebuah memoar hati untuk seorang kawan
Yang meninggalkan kenangan terdalam
Bagi mimpi-mimpi indah yang takkan pernah tercapai

In memoriam...
Andrean Putra Chandrawinata (1982-2008)

No comments: