1/31/2010

Prosa Anatomia


- Mata -


Tak sekejap aku menerawang kehidupan
Disana aku mengukir kenangan indah ataupun kelam
Disana juga aku merekam masa depan
Yang berputar pelan, teratur dan bersambung perlahan
Meremukkan, memilin dan memelintir episode cinta dan gairah
Kujamah tiap helai peluh yang semakin memerah
Aku menatap kesedihan dan kebahagiaan, dimana keduanya sulit untuk kuabaikan
Aku melihatnya
Senja indah yang terpuruk manja diselasela kekalahan jiwa yang memberontak
Dan mengingatkanku pada sekejap jejak
Yang pernah aku tengok pada mimpimimpi yang menari
Ketika malam ketika aku terkapar
Disana aku melihatnya!

- Telinga -

Telah tergores sejuta sakit yang aku terima
Ketika fitnah kudengar, ketika ancaman membakar
Dan melanda kekosongan asa yang menjemput reaksi dengan amarah
Terngiangngiang, ujung gendangku menggelepar
Aku mendengarnya
Tangisan yang mengisak diselasela kepongahan, diantara runtuhan kezaliman
Berharap mendengar desah lembut nafas senggama yang mendebarkan
Sinyalku malah menerima teriakanteriakan putus asa
Dari mereka yang menganggap dunia ini serasa neraka
Bukan karena derai kemisikinan, itu sudah biasa
Tapi kebejatan dan kemunafikan sang pangeranpangeran kenegaraan
Kemana aku harus mengistirahatkan lelah ini
Kemana aku harus memutar nada kehidupan
Yang merdu yang melankolis dan tidak membuatku meringis miris
Sebab aku tidak tuli
Aku mendengarnya!

- Mulut -

Disinilah kita berperang melawan kebungkaman
Menghunjam ketakutanketakutan yang bersahutan
Merupa kata, menjelma menjadi senjata
Disinilah kita merangkai prosa, merupa sajak, meneriakkan kegelisahan
Menjadi helaihelai kehidupan yang kelak menatap arah
Agar tak terjebak dalam pilihan suram
Atau tersesat karam menuju kebimbangan atau kebingungan atau hanya diam
Kau tidak akan pernah lagi mendengar rintihan manja
Disini hanya akan ditentukan oleh dua kata
Ya atau tidak
Karena sesungguhnya masa depan belum tertulis kawan
Di ujung lidah kita tersembunyi kemewahan
Rajuk manja, desah rintih, teriak pasrah, sumpah serapah atau senandung keindahan
Bahkan umpatanumpatan kotor yang mengasyikkan
Djancuk! Taik! Anjing!
Aku memakimu, toh aku berhak
Karena aku bicara

- Tangan -

Aku membunuhmu
Dengan genggamanku yang mengepal
Karena lelah mendengar kebohongan
Jabat ini hanya untuk kawan yang tahu arti persahabatan
Perdamaian dan harmoni perbedaan
Karena disana aku mampu meraba
Aku menjamah
Perlahan namun kurasakan dengan dalam
Lembut kasar uraturat kolase rutinitas harian
Aku menggambar
Inilah kanvas yang kurindukan
Akan kulukis dan kutumpahkan tintatinta merah yang gemerlap dan bercucuran
Lompatanlompatan warna yang meneriakkan keceriaan
Saling menggandeng, bukan menuding dan meradang
Disini aku memegang kuasa
Yang akan kubawa melintasi sahara kehidupan
Disini aku akan menantang
Diantara getargetar kesunyian yang beraroma pengkhianatan
Aku bukan kekalahan
Aku adalah kepalan dan calon kemenangan
Karena aku menggenggam!

- Kaki -

Jejakjejakku menggores tiap jengkal kekosongan
Ketika aku merayap di atas tanah penggusuran
Melihat wajahwajah menyebalkan berseragam dengan seringai busuknya
Rasanya aku ingin menyepak wajahnya yang buruk rupa
Aku melangkah disana, menyeret pelan tiap detik yang kulalui
Terkadang bimbang kemana aku harus mengarah
Aku terlalu lelah
Membawa beban hariku ini dipanggul oleh kebodohan
Tiada henti, berharap mati
Aku terlalu lelah
Berjalan diantara kemunafikan, keserakahan, kebencian, kekejaman atau keributan
Dan berjuta katakata yang memberi makna
Bahwa segalanya adalah cerita tentang ajang menabur peperangan
Aku tahu
Karena itu aku menolak untuk berhenti
Sebab diantara pasakpasak yang terpancang
Benderabendera sombong yang berkibar di pojok tiangtiang keangkuhan
Membelah pecah bumiku dan tanah kebebasanku
Disanalah aku melangkah!

. . . . . . .

Kita tak akan mengerti
Seberapa jauh raga ini membawa kita memeluk ruangruang kehidupan
Menganga dalam dendam
Ataupun yang selalu siap untuk menjemput kemenangan
Juga kekalahan yang menunggu kita untuk menyerah
Diam dalam kebekuan penyesalan

Seorang yang bernyawa
Selalu membangun dindingdinding perlindungan
Bersama kehendak, karunia dan pesona mereka
Disanalah kita akan menyadari
Bahwa hakikat kehidupan menjalari tiap anatomi tubuh yang kita punya

Karena kita.

Manusia!

: Malang, 9 Juni 09

No comments: