1/31/2010

Pemikiran, Kata-Kata dan Aksi Langsung!


Mimpi dan khayalan adalah pupuk dari perubahan sosial. Dunia memang berubah; dan akan terus berubah karena orang-orang membuatnya berubah. Kunci menuju sukses adalah solidaritas; yang dapat berarti apapun dari sekedar menjadi tempat curhat hingga memberikan amunisi. Solidaritas adalah sesuatu yang kuat, komunitas yang bersatu, menarik garis dari masa lalu tentang berbagi pengalaman dan mengalami kesulitan, memapankan jaringan kontak dari berbagai individual ataupun organisasi dan mendukung semua tindakan melawan ketidakadilan dan penindasan. Sejarah ada di sisi kita; kita bisa dan akan mempunyai harapan untuk menang.

Aksi langsung (direct action) adalah berarti juga memilih pola independen (D.I.Y) dengan cara secara langsung menghadapi masalah yang ada di depan kita tanpa harus memberikan masalah apda orang lain ataupun meminta ijin dulu dari politisi, birokrat atau semua pecundang yang duduk di kursi kekuasaan. Ini juga berarti berjuang untuk mengontrol hidup kita sendiri dan berusaha untuk secara langsung memberikan efek pada dunia di sekeliling kita, mengambil tanggung jawab untuk setiap aksi yang kita lakukan dan definisikan sendiri.

Aksi langsung telah menjadi bagian integral dari resistansi sejak dulu manusia itu ada. Dalam masa kini, iklim politik pemerintahan melihat aksi langsung sebagai sebuah bentuk taktik protes yang cepat menarik popularitas sebagai sebuah option untuk mencapai hasilnya. Sejarah mengatakan bahwa untuk berusaha menjadi seorang boss adalah sebuah pekerjaan yang sangat beresiko, tetapi pemerintah saat ini semakin baik dalam menangani para pembangkang. Negara dipersenjatai penuh dan diproteksi dan telah terbukti berhasil menguburkan dalam-dalam siapapun yang tidak setuju dengan keputusan mereka (lihat juga keberhasilan mereka dalam memutarbalikan fakta, seperti selalu menyalahkan kekerasan, termasuk penghancuran properti, kepada diri kita).

Dalam tatanan masyarakat modern yang dijalankan oleh pemerintah yang 'demokratis', dijalankan sebuah sistem dimana segala bentuk protes dan ketidaksetujuan harus ditampung dan melalui representatif negara dahulu sebelum diperdengarkan. Dan hasil yang selalu kita dapatkan apabila kita menyampaikan keluhan kita melalui representatif negara hanya satu: aksi demonstrasi marching di jalanan yang kita organisir diabaikan, tidak ada media massa yang akan meliput dan menaikkan issue yang kita bawa dan Polisi Anti Huru-Hara (PHH) serta Dalmas-nya telah siap sedia mengganyang kita.

Demokrasi telah membuat kekuatan perubahan terlepas dari tangan kita. Suara protes secara hati-hati dikontrol dan direduksi: semua jalan diserahkan pada para birokrat dan politis untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Kekuatan kita semakin tereduksi dan semua yang kita harapkan boleh kita utarakan hanya melalui kotak pemilihan suara yang disodorkan kepada kita setiap empat tahun sekali.

"Kalau kamu tidak sibuk karena kamu telah dilahirkan, maka kamu pasti sedang sibuk belanja."
-- Angry Brigade.

Illegalism gets the good. Copyright is bullshit...

Kita, yang tinggal di negara miskin (definisi 'negara berkembang' hanyalah perhalusan dari kata 'negara miskin'), hidup seperti kecoa dan tikus got. Sistem yang diterapkan oleh kapitalisme telah sedemikian kuat. Kita didorong untuk mengkonsumsi apapun yang ditawarkan oleh sekeliling kita. Jadi apa yang perlu diprotes? Diri kita sendiri. Memang menyedihkan saat menyadari bahwa ancaman terbesar yang dihadapi oleh planet ini adalah spesies manusia.

Penyalahgunaan dan pengeksploitasian manusia, binatang dan lingkungan alam telah dan masih terjadi di sekitar kita, di seluruh dunia dan alasan tindakan tersebut adalah diperlukannya profit untuk membiayai gaya hidup kita sehari-hari yang mewah. Lebih dari 80% populasi dunia saat ini tinggal dalam kondisi kemiskinan yang parah dan semua bermimpi untuk hidup mewah, hanya mereka tak mampu, bumi tidak memiliki cukup sumber daya alam yang mendukung impian ini. Dalam faktanya, sumber daya alam bumi ini dengan cepat dihabiskan hanya untuk mendukung gaya hidup mewah segelintir manusia yang tinggal di 'negara dunia pertama' dan para pemerintah serta konglomerat di seluruh dunia. Selain segelintir manusia tersebut? Semua hidup dalam dunia fantasi yang haus untuk mengkonsumsi. Kita hidup di dunia yang memiliki begitu banyak produk, tapi harga yang harus dibayar adalah: pembantaian massal melalui pemiskinan.

Seorang petani dari Karnataka, India, saat berlangsungnya protes anti-WTO beberapa waktu lalu, mengatakan, "Kami tidak ingin amal dan belas kasihmu semua. Mereka yang tinggal di utara seharusnya dapat mengerti perjuangan kami dan menyadari bahwa ini adalah juga bagian dari hidup mereka. Dimana-mana yang kaya selalu bertambah kaya, yang miskin semakin miskin dan lingkungan semakin mendekati kiamat. Tidak peduli dimana kita tinggal, di belahan bumi uatar atau selatan, kita telah menghadapi masa depan yang sama! Globalisasi seharusnya berarti bahwa kita ingin mengglobalkan kemakmuran masyarakat dunia, bukan mengglobalkan bisnis. Karena hidup bukanlah sebuah bisnis."

Negara Dunia Ketiga hidup dari sampah, limbah dan sekarat atas kerakusan mereka yang hidup di negara Dunia Pertama. Perjuangan yang dilakukan oleh kita yang hidup di negara Dunia Ketiga bukanlah sekedar perjuangan melawan dominasi korporasi multinasional ataupun melawan rezim diktator dan militer, tetapi juga perjuangan untuk bertahan hidup. Gerakan resistansi anti-globalisasi di India, Afrika dan Amerika Latin sangat besar dan itu adalah demi mengambil alih kontrol atas diri mereka. Apakah kita bisa menyamakan gerakan tersebut dengan gerakan mereka yang ada di negara Dunia Pertama? Di Meksiko, pada tahun baru 1994 Zapatista membebaskan daerah Chiapas dan menjadikannya daerah otonomi bagi kaum indian agar terlepas dari sistem yang eksploitatif yang dipaksakan oleh para kapital dari negara Dunia Kesatu kepada mereka. Perempuan dan anak-anak, telah mengangkat senjata untuk melindungi diri mereka dari dominasi kulit putih yang tinggal di negara Dunia Pertama.

"Dunia kita eksis hanya sebatas sejauh telepon kita dapat berhubungan, mobil kita dapat lalui, modem kita dapat koneksi, dan televisi kita dapat tayangkan."
-- His Hero Is Gone.

Zombie-zombie konsumen, itu adalah dirimu dan diriku, adalah sesuatu yang sangat vital dalam memperkuat ataupun memperlemah mata rantai dari eksploitasi global ini. Kita sangatlah lemah, tapi kita dapat mengubah pola pikir kita, kita dapat mengikuti ataupun menolak budaya trend konsumtif; jaringan diy ini adalah milik kita, kita mempunyai pilihan disini, kita dapat mengatakan ya ataupun tidak, kita dapat memutuskan mata rantai ini, kita dapat menghancurkan mata rantai ini walaupun hanya sebagian kecilnya, tapi kita mampu. Kata-kata tanpa aksi adalah bohong.

"Kamu tidak mendukung musuhmu saat kamu ada dalam perang - boikot!!!"
-- Aus Rotten.

Boikot: menolak untuk berhubungan atau melakukan pertukaran dalam usaha untuk melemahkan atau menghancurkan sesuatu. Sangat simpel.

Gunakan kekuatanmu, jangan beli (kebohongan dan produk mereka, cari alternatifnya. Bila tak ada alternatifnya, usahakan untuk memperolehnya dengan cuma-cuma: curilah!!! Ambil dari produsen-produsen dan distributor barang-barang tersebut. Jangan pernah percaya kepada para kapital yang selalu berpura-pura peduli kepada konsumen (seperti McDonald's dan Body Shop). Mesin yang dijalankan kapitalisme berputar terus dan terus, dan untuk menghentikannya bukanlah pada masalah hasil produksinya - mentalitas dibalik produk tersebutlah yang harus dihancurkan.

Untuk membuat perubahan nyata pada gaya hidup kita yang konsumtif berarti juga membuka ruang-ruang untuk memikirkan kembali seluruh hidup kita, tentang bagaimana kita hidup, bagaimana kita bereaksi, berkomunikasi, hubungan sosial kita, kerja kita, berapa banyak kebohongan dan kepalsuan yang telah kita ambil. Ini adalah sebuah revolusi dalam diri kita sendiri; ini adalah tentang pengambil alihan kontrol, mengklaim kembali kekuatan sebagai seorang individual. Ini adalah tongkat penyangga bagi resistansi kita melawan kapitalisme.

"Semakin banyak kamu mengonsumsi, semakin berkurang kamu hidup."
-- Angry Brigade

"Kita tidak hidup, melainkan mempraktekkan kematian selama kita hidup."
-- His Hero Is Gone.

Kita harus bergerak lebih jauh daripada hanya sekedar mengkonsumsi produk ramah lingkungan seperti yang dikampanyekan oleh Greenpeace ataupun grup-grup pecinta lingkungan sebagai alternatif bagi konsumen, tetapi melihat kepada sistem kapitalisme dan efek globalisasi sebagai akar dari banyak sekali permasalahan di dunia, dari kepunahan spesies, eksploitasi buruh hingga perang. Korporasi multinasional adalah wajah buruk dari ketiadaan batas dari kapitalisme. Mereka bebas untuk menjelajahi dunia demi penyedotan sumber daya alam, buruh murah dan ketiadaan hukum perlindungan ingkungan dalam usahanya untuk melarikan diri dari ketatnya dan menguatnya standar yang diajukan oleh para buruh di negara Dunia Pertama. Perjuangan demi hidup yang menyenangkan, demi upah yang mencukupi, kesehatan dan keamanan masih sangat jauh dari selesai. Kita juga harus berpikir secara global: mengapa harus membuat sepatu di Amerika disaat Nike dapat menggunakan buruh-buruh diupah rendah di Indonesia dan melipatgandakan profit bagi perusahaan?

Ekonomi mereka sudah sangat mengglobal, begitu juga resistansi kita seharusnya. Pemerintah tidak akan melakukan apapun dalam berhadapan dengan perkembangan ekonomi bagi korporasi. Ini semua terserah kepada kita sendiri untuk menghentikan lingkaran roda pengeksploitasian ini. Kita harus melenyapkannya dengan diri kita sendiri, memboikot sistem mereka yang tidak adil dan tidak merata. Ini saatnya untuk bergerak jauh melampaui sekedar produk dari korporasi. Perhatikan lagi semua kejadian yang ada di sekitar kita, hal tersebut dapat membantu pemfokusan kemarahan kita dan juga menolong untuk mempersatukan dari begitu banyak issue-issue yang dibawa oleh kelompok-kelompok faksional dengan diri kita. Aksi anti-WTO N30 dan MayDay 2000 telah memperlihatkan keapda kita semua bagaimana berbagai banyak macam organisasi, dari perserikatan, aktivis HAM, environmentalis, beraksi bersama di jalanan dalam menyerang musuh bersama mereka yang sesungguhnya: kapitalisme.

Tapi ingat, kapitalisme adalah juga mengenai diri kita sendiri dan bagaimana tipe sosialisasi kita dengan individu lainnya. Kapitalisme jauh lebih besar dan kuat daripada sekedar taraf level Nike ataupun McDonald's sebagai contohnya, tapi kapitalisme juga berarti masalah Dunia Baru, susu murni KBPS, kios-kios rokok; besar atau kecil, kapitalisme adalah tentang bagaimana pekerja menjual diri mereka dalam sebuah hubungan yang jelas eksploitatif.

"Tetaplah jadi parasit, atau jadilah pejuang bumi."
-- Kapten Paul Watson, Sea Shepherd.

"Mereka mengabaikan nyanyian dan barisan demonstrasi kita, tapi dapatkah mereka mengabaikan batu dan bata? Inilah saatnya untuk melakukan sesuatu lebih daripada sekedar bicara saat mereka telah mengabaikan aksi demonstrasi damai!"
-- Aus Rotten.

Segala sesuatunya bermula dari diri kita sendiri. Jika kamu lari untuk menyelamatkan hidupmu dan seorang polisi berteriak, "Stop!" akankah kamu berhenti? Pemerintah merepresentasikan kekuatan uang, bukan kekuatan rakyat, bukan kekuatan bumi dan selama ini kekuatan itulah yang selalu kita dukung dan kita beri kekuatan lebih. Pemerintah adalah satu-satunya sumber yang tak dapat dipercaya untuk memberikan keadilan kepada rakyatnya kecuali atas kepentingan pribadinya sendiri. Kita tidak perlu merasa berhutang pada pemerintah, toh mereka menjadi makmur atas hasil pembayaran pajak yang kita bayar (dengan dibawah ancaman). Marahlah, karena ini adalah dunia kita! Berpikirlah tentang flora dan fauna yang sebanyak 20.000 spesiesnya terancam punah setiap tahunnya; anak kecil di China yang harus bekerja keras untuk membuat mainan yang kita utak-atik setiap harinya; buruh Tangerang yang kesakitan dan kelelahan dalam membuat sepatu Nike yang kita kenakan. Garis batas antara legal dan ilegal harus kita hapuskan. Saat ketidakadilan menjadi sebuah hukum - resistansi menjadi kewajiban kita. Kita mempunyai kewajiban untuk melindungi bumi yang telah menghidupi kita beserta generasi mendatang. Penghancuran alam adalah sebuah kejahatan yang tak pernah tercatat sepanjang sejarah manusia, dan hal inilah yang menuntut sebuah gerakan resistansi dari diri kita semua. Kita tidak perlu menunggu krisis kapitalisme, yang kita tahu bahwa hal tersebut sudah lewat dan entah kapan akan datang lagi. Tidak ada waktu untuk mengabdikan diri kita kepada sistem, tak ada waktu untuk memikirkan reformis, karena setiap waktu yang kita miliki selalu tercuri oleh mereka dalam setiap ada kemajuan ekonomi. Kita harus mengklaim kembali hidup kita, bukan sekedar mengganti produk yang kita gunakan. Kuatkan dirimu, berhentilah menjadi bagian dari sistem eksploitatif ini dan fokuskan kemarahanmu.

Dalam alam politis dari Angry Brigade, RAF, 1st Of May, IRA, Weathermen, Black September, Dutch Provo, dan lain sebagainya, semuanya melakukan pemboman dan kampanye teror selama tahun 1970-an, ALF mengkampanyekan animal liberation, mereka adalah sedikit dari contoh dimana agenda operasional mereka adalah bentuk aksi langsung dan pemerintah melihatnya sebagai kriminal pelanggar batas; tapi hal-hal tersebut jugalah yang menjadi fondasi bagi para aktivis di seluruh dunia untuk mulai melakukan aksi-aksi langsung apapun bentuknya. Grup-grup dengan issue tunggal seperti environmentalis, anti rasis, serikat buruh, yang secara tradisional bergerak seperti kelompok reformis, saat ini sudah mulai menerapkan politik revolusioner dalam pola geraknya. Sayang saja di Indonesia hal ini belum biasa karena politik dan revolusi masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat tabu dan hanya merupakan bagian dari rutinitas para politisi dan birokrat.

"Banyak aktivis yang saat ini membuat koneksitas antara perjuangan mereka dengan mereka yang berada di komunitas kelas pekerja."
-- Do Or Die no. 6.

Dan itu semuanya yang seharusnya dapat juga kita lakukan, saat semua tetap sibuk dengan berpikir soal penyusunan undang-undang, atau memikirkan soal mencari pemerintah yang lebih baik; globalisasi telah melanda hampir semua gearkan protes... gambaran yang besar beserta solusinya, sekarang telah tampak sangat jelas. Ribuan grup anti kapitalis telah mulai berkembang dimana-mana di muka bumi ini. Lalu apa yang mereka lakukan?

Mereka menandatangani petisi dan pergi ke aksi-aksi demonstrasi, mereka berpikir mengenai gaya hidup mereka, aksi mereka dan efeknya; sebagian lainnya menghancurkan mesin-mesin milik korporasi, menghancurkan properti; mereka mempertanyakan segalanya, mereka membangun alternatifnya, mereka melakukannya dengan cara mereka sendiri, mereka menghapus batasan yang ditetapkan pemerintah, mereka menolak pemerintah dan beraksi langsung untuk merubah kondisi dunia tempat mereka tinggal. Pendeknya, mereka meresikokan segalanya demi kehidupan.

tanyakan pada dirimu sendiri: siapa audiens kita? Apa pesan kita? Apakah ini adalah taktik terbaik yang daapt dilakukan oleh kita saat ini? Apa tujuan kita? Dan akhirnya, sejauh mana kesiapan kita untuk melakukannya? Tapi sebelum kita lakukan aksi kita, selalu ingat bahwa kita juga perlu untuk merombak diri kita sendiri, merombak pola pikir dan pola pandang kita dan cara sosialisasi kita yang menyertai kita dalam hidup kita sehari-hari.

Segala macam aksi adalah valid; tapi... membuat aksimu sendiri adalah sebuah kreasi, sebuah langkah radikal kecil ke depan menuju dunia yang berbeda. Tanpa visi ini, aksi langsung menjadi tak berarti sama sekali. Kalau kita hanya memfokuskan pada aksinya saja, kita akan dapat terjebak ke dalam sebuah gerakan yang reaksioner dan tak mendasar sama sekali, sebuah gerakan yang sama sekali kebingungan akan siapa yang harus dilawan. Visi ini sudah barang tentu... revolusi.

"Jangan pernah tergantung pada pemerintah atau institusi untuk membuat perubahan. Semua perubahan sosial yang signifikan sepanjang sejarah manusia telah dilakukan oleh aksi-aksi individual."
-- Margaret Mead.

"Dunia ini berada dalam saat depresi, tetapi harapan dapat ditemukan dalam diri mereka yang bisa, berani dan beraksi."
-- Dave Foreman, Eco-Defence.

Seorang aktivis di Jakarta menanyakan kepada marketing manager dari perusahaan Nestle tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kampanye boikot. Jawabannya adalah, "Tentu saja ada. Setiap saat seorang konsumen datang ke sebuah toko dan membuat keputusan untuk tidak membeli salah satu dari produk kami, hal itu sangat menyakitkan."

Lihat, kamu dapat membuat sebuah perubahan.

Tapi sebagian juga berpendapat bahwa daripada kita mengkampanyekan boikot, mengapa kita tidak mengkampanyekan pencurian dan perampokan atau pembajakan produk? Karena alangkah sulit untuk melepaskan diri dari kekangan dan jebakan sistem konsumtif ini. Memang kadang taktik-taktik tertentu tidak sesuai dengan diri dan pola pandang kita. tapi itu semua terserah kepada diri kita, dirimu dan diriku sendiri untuk memutuskan dan memilih taktik.

Penghancuran properti, vandalisme, dianggap sebagai sebuah bentuk kekerasan dalam kacamata sistem ataupun moralis yang hipokrit. Mereka akan mengkampanyekan bahwa perusakan properti hanya akan menyulut kekerasan negara sebagai reaksi terhadap tindakan tersebut. Mereka akan selalu menghalangi tindakan tersebut. Kenapa? Karena properti adalah tulang punggung kapitalisme yang sangat lemah dan tak dapat mempertahankan diri; kapitalisme juga berawal dari kepemilikan alat produksi dan properti, mereka mendewakan properti. Dan itulah yang paling mudah kita serang.

"Mereka khawatir dengan beberapa kaca jendela yang kita pecahkan. Seharusnya mereka datang dan melihat sendiri bagaimana kekerasan telah dilakukan kepada komunitas kami dengan berada di bawah nama perdagangan bebas."
-- Seorang aktivis Meksiko.

Jadi tunggu apalagi kawan?

No comments: